Banyak orang Kristen sadar bahwa kata “Paskah (Easter)” tidak muncul dalam naskah bahasa asli Ibrani maupun Yunani. Pada kenyataannya, satu-satunya tempat yang dapat ditemukan adalah di dalam Alkitab bahasa Inggris, King James Version, yang tertulis:
Kisah Para Rasul 12:4
Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah (Easter) ia menghadapkannya ke depan orang banyak.
Bagian ini
menggambarkan rencana Herodes untuk menghukum mati Petrus “sehabis
Paskah (Easter).” Kata Yunani untuk “Paskah (Easter)” adalah pascha,
yang menunjuk kepada perayaan Yahudi Paskah yang dirayakan dari hari ke
14 hingga ke 21 bulan Nisan (Kel. 12:18). Dalam terjemahan KJV,
tampaknya bahwa “Kisah Para Rasul sudah jatuh ke tangan seorang
penerjemah yang memberlakukan prinsip pemilihan, bukan sesuatu yang
paling benar, tetapi padanan kata yang paling lazim.” Dalam hal ini,
fakta bahwa Paskah (Easter) sudah dikenal baik oleh pembaca abad 17
menjelaskan bagaimana kata itu masuk ke dalam terjemahan KJV, tetapi itu
tidak menolong kita untuk mengerti bahwa Paskah (Passover) dan Paskah
(Easter) adalah dua hal berbeda, dan apa yang dimaksudkan oleh Kisah
Para Rasul adalah Paskah (Passover) dan bukan “Paskah” (Easter). Versi
Alkitab modern semuanya menerjemahkan pascha dengan “Paskah” (Passover).
Apa yang kita kenal
pada hari ini sebagai perayaan Paskah (Easter) berkembang setelah masa
Perjanjian Baru. Perjanjian Baru tidak menyinggung sebuah perayaan
Kristen di mana kematian dan kebangkitan Kristus dirayakan, tetapi apa
yang sungguh kita lihat adalah beberapa orang Kristen mula-mula terus
merayakan perayaan Paskah (Passover). Dalam perjalanan Paulus ke
Yerusalem di mana dia ditangkap dan dipenjarakan, sekitar akhir tahun 50
M, atau 30 tahun setelah kelahiran Jemaat Kristen, banyak orang-orang
Kristen di Yerusalem bangga terhadap fakta bahwa mereka mempertahankan
Hukum Taurat.
Kisah Para Rasul 21:20
Mendengar itu mereka memuliakan Tuhan. Lalu mereka berkata kepada Paulus: "Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat.
Bagi orang-orang
Kristen yang “rajin”, mereka taat memelihara Hukum Taurat melalui
memperingati perayaan Paskah (Passover), yang menjadi perayaan
peringatan. Bukan lagi berhubungan dengan waktu penantian untuk
penebusan dengan Tuhan di masa depan, tetapi berkaitan dengan peringatan
bahwa Dia sudah menyediakan pembayaran bagi dosa-dosa umat-Nya melalui
Kristus. Ini adalah topik yang sangat sensitif bagi orang Kristen
mula-mula, karena tidak semua orang Yahudi yang bertobat dan menjadi
Kristen merasa nyaman dengan ide bahwa Kristus sudah menggenapi hukum
Taurat dan mereka tidak perlu lagi berkewajiban untuk memelihara hukum
Taurat. Kemudian Surat-surat Jemaat yang diberikan oleh Tuhan kepada
Paulus memperjelas bahwa tidak perlu lagi berpartisipasi dalam perayaan
Yahudi (Kol. 2:16-17). Paulus telah menimbulkan kekacauan dengan
mengajarkan hal-hal seperti “bersunat atau tidak bersunat tidak ada
artinya” (Gal. 6:15). Tuntutan yang diajarkan Paulus kepada
petobat-petobat adalah ” melepaskan hukum Musa” telah membuat seluruh
kota Yerusalem berada dalam kegemparan dan mengakibatkan penahanannya
(Kis. 21:21).
Sementara itu banyak
orang Yahudi yang menjadi Kristen mempertahankan kebiasaan memperingati
perayaan Paskah (Passover), hal itu mungkin membuat petobat orang bukan
Yahudi tertarik untuk memperingati perayaan yang sama sekali tidak
diwajibkan oleh Tuhan. Ketika Kekristenan mulai menyebar ke seluruh
dunia, orang-orang Kristen bukan Yahudi mulai merayakan kematian dan
kebangkitan Kristus hampir sama dengan cara orang Yahudi. Namun sayang,
seperti yang sering terjadi dengan perdebatan Yahudi-bukan Yahudi,
banyak desakan yang menggiring Kekristenan bertentangan secara radikal
dengan mereka yang ingin mempertahankan akar Kekristenan secara Yahudi.
Pada akhirnya, perayaan kematian dan kebangkitan Kristus disisipi oleh
unsur-unsur yang kurang berkaitan dengan perayaan Yahudi atau peristiwa
sebenarnya dari kematian Kristus.
Kontroversi Tanggal
Selama berabad-abad,
tanggal perayaan kebangkitan Kristus sangat diperdebatkan. Orang-orang
Kristen Yahudi mula-mula, khususnya yang tinggal di Israel, Siria, dan
Timur Tengah, secara alami ingin merayakannya pada tanggal 14 bulan
Nisan, tanggal Paskah (Passover). ”Jemaat-jemaat di Asia Kecil
(mengikuti tradisi Yohanes bahwa kematian Yesus terjadi pada saat
pembunuhan domba Paskah [Passover]) yang dirayakan orang Kristen Pascha
pada tanggal 14/15 bulan Nisan, tanpa mempedulikan tanggal itu jatuh
pada hari apa.” Praktik ini menyajikan suatu situasi yang menarik bagi
Jemaat. Orang-orang Kristen itu yang mempertahankan tanggal Yahudi
melihat kepada orang-orang Yahudi untuk menentukannya. ”Dalam Yudaisme,
kalender yang berlaku adalah berdasarkan bulan. Setiap bulan, termasuk
Nisan, mencakup fase bulan, dan Paskah (Passover) jatuh pada tanggal 14
bulan itu, yaitu pada saat bulan purnama.
|
Penetapan
tanggal ini adalah sebuah proses rahasia yang dijaga di dalam Bait
Yahudi dan kemudian dalam sinagoge, dan Kristus memperingati perayaan
berdasarkan kalkulasi ini.” Agar merayakan kematian dan kebangkitan
Kristus pada tanggal Paskah (Passover) yang tepat selama setahun, Jemaat
harus bergantung pada orang Yahudi, sesuatu yang tidak ingin mereka
lakukan. Bukan saja Jemaat harus memperoleh tanggal itu dari orang
Yahudi, tetapi fakta bahwa tanggal 14 bulan Nisan dapat menjadi satu
hari dalam seminggu yang tidak menarik bagi mereka juga.
|
“Paskah Ibrani
(Passover) jatuh pada suatu hari dalam seminggu, dan ini tidak cocok
dengan orang Kristen. Mereka menghendaki suatu Minggu Kudus yang dimulai
dengan Minggu Palem, yang diteruskan dengan Jumat Agung dan diakhiri
oleh Minggu Paskah (Easter), memperingati kebangkitan.” Orang-orang
Kristen itu yang berselisih untuk merayakan Paskah (Easter) pada tanggal
14 bulan Nisan dikenal sebagai ”Quarto-decimanians,” sebagian besar
tinggal di bagian Timur Kerajaan Romawi. ”Orang-orang Kristen di barat
merayakan Paskah (Easter) pada hari Minggu, di bagian Timur yang banyak
dianut oleh Quartodecimanian dan lebih memilih tanggal 14 setiap bulan.
Ini adalah awal perpecahan yang membagi Gereja Orthodoks Timur dengan
Katolik Roma.” Jadi tanggal untuk merayakan kebangkitan termasuk di
antara kontroversi secara Kristologi yang luar biasa di Dewan Nicaea
pada tahun 325. Ketika Yesus Menjadi Tuhan, oleh Richard Rubenstein,
menggambarkan suasana dewan Nicaea ini.
“Satu pertanyaan pokok
adalah ini: Sejauh manakah nilai dan kebiasaan dunia kuno yang masih
berlaku yang memimpin pemikiran dan tindakan dalam kerajaan Kristen?
Beberapa orang Kristen, di antara mereka adalah Arius dan Eusebius dari
Nicodemia, memiliki kesadaran yang lebih kuat tentang kelanjutan sejarah
dibandingkan yang lain …. Sebaliknya, anti-Arius mengalami kehadiran
mereka seperti keretakan yang nyata dengan masa lalu. Sesungguhnya
mereka menuntut agar Kekristenan ‘diperbarui’ melalui mengaburkan atau
bahkan menghapuskan perbedaan yang sudah lama diterima antara Bapa dan
Anak.”
Dengan semangat yang
sama untuk memisahkan diri dari masa lalu, dewan dengan suara bulat
memutuskan bahwa perayaan Kebangkitan tidak akan berdasarkan tanggal
Yahudi, tetapi akan jatuh pada hari Minggu mengikuti bulan purnama
setelah musim semi. Menarik sekali, perayaan hari Minggu sama sekali
masih memberikan kesempatan bagi Jemaat untuk merayakan hari yang sama
seperti orang Yahudi. Sekali lagi, bagian Timur dan Barat menangani
situasi itu secara berbeda. Bagian Barat menetapkan suatu peraturan
bahwa jika tanggal itu bertepatan dengan Paskah Yahudi (Passover),
Jemaat akan menunggu minggu depan untuk merayakannya. Sebaliknya, bagian
Timur terus merayakan meskipun tanggal itu bertepatan dengan Paskah
Yahudi (Passover).
Hingga hari ini masih
terdapat ketidaksepakatan mengenai tanggal perayaan Paskah (Easter).
Protestan dan Katolik Roma menetapkan tanggal Paskah (Easter) secara
bersamaan, tetapi sehubungan dengan metode kalkulasi yang berbeda,
Gereja Orthodoks Timur merayakannya berbeda tanggal hingga lima minggu
dari jemaat-jemaat Barat. Hasrat untuk mencapai kesatuan Kristen, dalam
beberapa tahun terakhir ini, sudah mengajukan ide tentang sebuah tanggal
universal yang tetap bagi semua gereja Kristen.
Unsur Penyembahan Berhala
Bukan rahasia lagi
bahwa banyak dari perayaan Paskah (Easter) modern sudah berkembang dari
sumber penyembahan berhala. Kata “Paskah” (Easter) sendiri pada dasarnya
diadopsi oleh Jemaat dari penyembahan berhala.
Kata Inggris Paskah
(Easter) dan bahasa Jerman Ostern berasal dari asal mula yang umum (
Eostur, Eastur, Ostara, Ostar), di mana bagi penduduk Normandia berarti
musim dari terbitnya (berkembangnya) matahari, musim kelahiran baru.
Kata itu dipakai oleh nenek moyang kita untuk menunjukkan Perayaan
Kehidupan Baru pada musim semi. Akar yang sama ditemukan dalam nama
tempat di mana matahari terbit (Timur, Ost). Maka kata Paskah (Easter),
pada awalnya berarti perayaan matahari bersemi, yang terbit di bagian
Timur dan membawa kehidupan baru di atas bumi. Simbolisme ini dialihkan
kepada arti supernatural dari Paskah (Easter) kita ...”
Pandangan umum lainnya
yang diajarkan oleh Bede, sejarawan Inggris pada awal abad 8, adalah
bahwa kata itu berasal dari “Eastre,” seorang dewi Musim Semi bangsa
Jerman yang menerima persembahan di bulan April. Sementara kedua
penjelasan itu masuk akal, jelas bahwa kata “Easter” bukan alkitabiah.
Encyclopedic Dictionary
of Religion menyatakan bahwa kebiasaan telur Paskah (Easter) mungkin
didasarkan pada pengikut aliran kesuburan di masa kuno (Indo-Eropa),
gabungan Persia tentang telur dan musim semi, atau fakta bahwa beberapa
orang Kristen mula-mula berpantang terhadap telur selama masa empat
puluh hari sebelum Paskah (Easter). Tidak sulit dilihat bagaimana
orang-orang Kristen dapat mengadopsi telur sebagai simbol kubur Kristus,
atau bahkan hidup mereka yang baru di dalam Dia. Lebih jauh lagi,
kelinci adalah sebelum-Kristen dan menunjukkan kesuburan berhubungan
dengan pertumbuhan yang pesat dalam reproduksi. Kelinci sama sekali
tidak diadopsi sebagai bagian dari perayaan Paskah (Easter) “Kristen,”
tetapi itu sudah menjadi simbol dalam banyak kebudayaan. Misalnya Natal,
perayaan Paskah (Easter) telah sangat menyimpang dari peringatan asal
tentang kematian Tuhan kita pada tanggal 14 bulan Nisan.
Keseimbangan
Sebagai orang Kristen
modern, kita harus memutuskan bagaimana menarik sebuah dunia yang sudah
kehilangan minat terhadap keaslian sejati dari iman kita. Apakah kita
harus menghakimi hari-hari libur modern sebagai penyembahan berhala yang
tidak disukai? Atau apakah kita dengan segenap hati harus menerima
kebudayaan kita melalui suatu sikap kerelaan? Sebagaimana dengan begitu
banyak hal dalam dunia modern kita, kita harus menemukan keseimbangan
yang membuat kita melatih kerohanian sejati namun masih tercakup dalam
budaya asal kita.
Bayangkan Anda
mengatakan kepada orang-orang yang Anda kasihi pada waktu Natal,
“Maafkan saya, saya tidak memberikan hadiah karena saya seorang
Kristen.” Atau pada hari Paskah (Easter), ”Saya tidak merayakan
kebangkitan Tuhan pada hari Paskah (Easter) karena saya bukan penyembah
berhala.” Jelas, ada beberapa tingkat pernyataan yang mengada-ada yang
dapat dijangkau melalui berusaha menghindari semua unsur non-Kristen
dari kebudayaan kita. Misalnya, dalam sebuah artikel yang diterbitkan
oleh The Restored Church of God berjudul ”Asal usul Paskah (Easter) yang
Sesungguhnya,” penulis menyatakan unsur penyembahan berhala dari
perayaan Paskah (Easter) modern, tetapi kita percaya dia menjelaskan
terlalu jauh di dalam semangatnya yang berapi-api untuk menghindari
unsur-unsur penyembahan berhala itu. Berkenaan dengan kebaktian subuh,
dia berkata, ”Merayakan kebaktian subuh adalah hal yang serius bagi
Tuhan! Dia sangat membenci praktik yang buruk ini di mana pada akhirnya
Dia akan menghancurkan semua yang mempertahankannya (Yeh. 9)!” Apakah
ini Tuhan yang sama yang mengilhami ayat berikut ini?
1 Korintus 8:7 dan 8
“Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."
Tuhan sudah menunjukkan
bahwa bukan peragaan dari luar yang dikehendaki-Nya, tetapi pengabdian
dari dalam hati. Kita tahu bahwa Tuhan tidak membangkitkan Yesus dari
kematian pada hari Minggu pagi (kejadian sesungguhnya hari Sabtu antara
jam 3 sore dan matahari terbenam), tetapi apakah Tuhan tidak menghormati
hati orang-orang yang mengalami kesulitan bangun pagi di hari Minggu
Paskah (Easter), berpakaian, dan pergi ke tempat kebaktian untuk berdoa,
menyanyi dan meneguhkan kebangkitan Tuhan? Kita percaya Dia
menghormatinya.
Alkitab memakai kata
yang menarik yang menunjuk kepada kemampuan kita untuk menghubungkan
keadaan yang tidak disinggung secara spesifik – kebebasan (1 Kor.8:9).
Ingatlah, bersama dengan kebebasan datanglah tanggung jawab. Bukanlah
dosa jika mempunyai pohon Natal, atau menyembunyikan beberapa telur di
halaman belakang rumah agar anak-anak mencarinya. Mohon dimengerti, kami
tidak berkata bahwa mengetahui kebenaran adalah tidak berharga, namun
kami merasa Anda dapat mengenal kebenaran dan tetap merayakan banyak
kebiasaan modern. Misalnya, seorang Kristen dapat mengetahui bahwa
Kristus tidak dilahirkan dalam bulan Desember dan bahwa orang-orang
Kristen mula-mula tidak mempunyai pohon Natal, dan tetap memiliki pohon
Natal. Dia dapat mengetahui bahwa Kristus disalibkan pada hari Paskah
Yahudi (Passover) tetapi tetap menunjukkan pengabdiannya kepada Tuhan
dalam Kebaktian Subuh. Apa yang harus kita perbuat sebagai orang Kristen
adalah mengajar diri kita sendiri dan orang lain tentang kebebasan
sejati yang sudah diberikan Kristus kepada kita. Banyak orang Kristen
sangat diberkati untuk mengambil kesempatan di mana Paskah (Easter)
memberikan hormat kepada Tuhan dan kebangkitan-Nya, dan kita beranggapan
bahwa hal itu tidak masalah bagi Tuhan (dan Tuan Yesus).
Sementara kita
mempertimbangkan bagaimana bentuk penghormatan kepada Tuhan dalam musim
ini, mungkin sangat menolong untuk mengingat kata-kata dari Paulus dalam
Roma.
Roma 14:5 dan 6
Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan.
Tuhan sudah memberikan
kebebasan dari segala keterikatan kepada kita. Jangan biarkan arti
sesungguhnya dari Paskah (Easter) ini hilang dalam timbunan telur dan
kelinci dalam dunia sekular (dan coklat – di mana orang Kristen
mula-mula tidak memilikinya), tetapi ingatlah bahwa lebih banyak arti
yang sesungguhnya dari kematian dan kebangkitan Tuhan yang berbicara
tentang kebebasan yang sekarang kita miliki untuk merayakannya dari hati
kita, dan berdoa dan bernyanyi untuk memberkati dan menghormati Dia,
meskipun kita melakukannya di hari yang bukan “Paskah (Passover).”
Semoga kita memuji Tuhan setiap hari, selama-lamanya.