NABI MUHAMMAD SAW UNTUK SELURUH BANGSA
Coba
perhatikan sabda Nabi Isa a.s., beliau adalah seorang Rasul yang diutus
Allah HANYA untuk bani Israel saja pada waktu itu, bukan untuk seluruh
umat di dunia:
Jawab Yesus: “Aku diutus HANYA kepada domba-domba yang hilang dari umat ISRAEL.”(Matius 15:24)
Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka) :
“Sesungguhnya aku(Isa Al-Masih) telah datang kepadamu dengan membawa
sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, … (Q.S Ali Imran:49))
Dan
(ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang
turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang
nyata”.(Ash-Shaf :6
Bernard Nababan mantan Pendeta : "Ragu pada isi Alkitab"
Menjadi
seorang pendeta adalah harapan kedua orang tuanya. Bermula dari rencana
melakukan misi diperkampungan Muslim, berlanjut pada memenuhi tawaran
dialog dengan para tokoh masyarakat muslim, namun akhirnya kehendak
Allah SWT mengantarkan Bernard Nababan pada Hidayah Islam. Bahkan, ia
akhirnya menjadi juru dakwah dalam agama Islam.
"Saya
lahir di Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 10 November 1966. Saya anak ke-3
dari tujuh bersaudara. Kedua orang tua memberi saya nama Bernard
Nababan. Ayah saya adalah seorang pendeta Gereja HKBP (Huria Kristen
Batak Protestan) di Sumatra Utara. Sedangkan, ibu seorang pemandu
lagu-lagu rohani di gereja. Sejak kecil kami mendapat bimbingan dan
ajaran-ajaran kristiani. Orang tua saya sangat berharap salah seorang
dari kami harus menjadi seorang pendeta. Sayalah salah satu dari harapan
mereka.
Kemudian, saya disekolahkan di lingkungan yang
khusus mendidik para calon pendeta, seperti Sekolah Pendidikan Guru
Agama (PGA) Kristen. Lalu berlanjut pada Sekolah Tinggi Teologi (STT)
Nomensen, yaitu sekolah untuk calon pendeta di Medan. Di kampus STT ini
saya mendapat pendidikan penuh. Saya wajib mengikuti kegiatan seminari.
Kemudian, saya diangkat menjadi Evangelist atau penginjil selama tiga
tahun enam bulan pada Gereja HKBP Sebagai calon pendeta dan penginjil
pada Sekolah Tinggi Teologi, saya bersama beberapa teman wajib
mengadakan kegiatan di luar sekolah, seperti KKN (Kulah Kerja Nyata).
Tahun
1989 saya diutus bersama beberapa teman untuk berkunjung ke suatu
wilayah. Tujuan kegiatan ini, selain untuk memberi bantuan sosial kepada
masyarakat, khususnya masyarakat muslim, juga untuk menyebarkan ajaran
Injil. Dua prioritas inilah yang menjadi tujuan kami berkunjung ke
perkampungan muslim. Memang, sebagai penginjil kami diwajiban untuk itu.
Sebab, agama kami (Kristen) sangat menaruh perhatian dan mengajarkan
rasa kasih terhadap sesamanya."
BERDIALOG DAN MENEMUKAN SATU PER SATU KELEMAHAN ALKITAB(INJIL)
"Dalam
kegiatan ini saya sangat optimis. Namun, sebelum misi berjalan, saya
bersama teman-teman harus berhadapan dulu dengan para pemuka kampung.
Mereka menanyakan maksud kedatangan kami. Kami menjawab dengan terus
terang. Keterusterangan kami ini oleh mereka (tokoh masyarakat) dijawab
dengan ajakan berdialog. Kami diajak ke rumah tokoh masyarakat itu. Di
sana kami mulai berdialog seputar kegiatan tersebut. Tokoh masyarakat
itu mengakui, tujuan kegiatan kami tersebut sangat baik. Namun, ia
mengingatkan agar jangan dimanfaatkan untuk menyebarkan agama. Mereka
pada prinsipnya siap dibantu, tapi tidak untuk pindah agama.
Agama
Kristen, masih menurut tokoh masyarakat itu, hanya diutus untuk Bani
Israel (orang Israel) bukan untuk warga di sini, Kami hanya diam.
Akhirnya, tokoh masyarakat itu mulai membuka beberapa kitab suci agama
yang kami miliki, dari berbagai versi. Satu per satu kelemahan Alkitab
ia uraikan. la juga membahas buku Dialog Islam-Kristen antara K.H.
Baharudin Mudhari di Madura dengan seorang pendeta.
NABI MUHAMMAD SAW UNTUK SELURUH BANGSA
Coba
perhatikan sabda Nabi Isa a.s., beliau adalah seorang Rasul yang diutus
Allah HANYA untuk bani Israel saja pada waktu itu, bukan untuk seluruh
umat di dunia:
Jawab Yesus: “Aku diutus HANYA kepada domba-domba yang hilang dari umat ISRAEL.”(Matius 15:24)
Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka) :
“Sesungguhnya aku(Isa Al-Masih) telah datang kepadamu dengan membawa
sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, … (Q.S Ali Imran:49))
Dan
(ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang
turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang
nyata”.(Ash-Shaf :6)
Dialog antara kami dan
tokoh masyarakat tersebut kemudian terhenti setelah terdengar azan
magrib. Kemudian, kami kembali ke asrama sebelum kegiatan itu
berlangsung sukses. Dialog dengan tokoh masyarakat tersebut terus
membekas dalam pikiran saya. Lalu, saya pun membaca buku Dialog Islam
Kristen tersebut sampai 12 kali ulang. Lama-kelamaan buku itu
menpengaruhi pikiran saya. Saya mulai jarang praktek mengajar selama
tiga hari berturut-turut. Akhirnya, saya ditegur oleh pendeta. Pendeta
itu rupanya tahu saya berdialog dengan seseorang yang mengerti Alkitab.
"Masa' kamu kalah sama orang yang hanya tahu kelemahan Alkitab. Padahal
kamu telah belajar selama 3,5 tahun. Dan kamu juga pernah mengikuti
kuliah seminari," katanya dengan nada menantang dan sinis.
KABUR DARI ASRAMA
"Sejak
peristiwa itu, saya jadi lebih banyak merenungkan kelemahan-kelemahan
Alkitab. Benar juga apa yang dikatakan tokoh masyarakat itu tentang
kelemahan kitab suci umat Kristen ini. Akhirnya saya putuskan untuk
berhenti menjadi calon pendeta. Saya harus meninggalkan asrama. Dan pada
tengah malam, dengan tekad yang bulat saya lari meninggalkan asrama.
Saya tak tahu harus ke mana. Jika pulang ke rumah, pasti saya disuruh
balik ke asrama, dan tentu akan diinterogasi panjang lebar.
Kemudian
saya pergi naik kendaraan, entah ke mana. Dalam pelarian itu saya
berkenalan dengan seorang muslim yang berasal dari Pulau Jawa. Saya
terangkan kepergian saya dan posisi saya yang dalam bahaya. Oleh orang
itu, saya dibawa ke kota Jember, Jawa Timur. Di sana saya tinggal selama
satu tahun. Saya dianggap seperti saudaranya sendiri. Saya bekerja
membantu mereka. Kerja apa saja. Dalam pelarian itu, saya sudah tidak
lagi menjalankan ajaran agama yang saya anut. Rasanya, saya kehilangan
pegangan hidup.
Selama tinggal di rumah orang muslim
tersebut, saya merasa tenteram. Saya sangat kagum padanya. Ia tidak
pemah mengajak, apalagi membujuk saya untuk memeluk agamanya. la sangat
menghargai kebebasan beragama. Dari sinilah saya mulai tertarik pada
ajaran Islam. Saya mulai bertanya tentang Islam kepadanya. Olehnya saya
diajak untuk bertanya lebih jauh kepada para ulama. Saya diajak ke rumah
seorang pimpinan Pondok Pesantren Rhoudhotul 'Ulum, yaitu K.H. Khotib
Umar.
Kepada beliau saya utarakan keinginan untuk
mengetahui lebih jauh tentang ajaran Islam. Dan, saya jelaskan perihal
agama dan kegiatan saya. Tak lupa pula saya jelaskan tentang keraguan
saya pada isi Alkitab yang selama ini saya imam sebagai kitab suci,
karena terdapat kontradiksi pada ayat-ayatnya. Setelah saya jelaskan
kelemahan Alkitab secara panjang lebar, K.H. Khotib Umar tampak sangat
terharu. Secara spontan beliau merangkul saya sambil berkata, "Anda
adalah orang yang beruntung, karena Allah telah memberi pengetahuan pada
Anda, sehingga Anda tahu bahwa Alkitab itu banyak kelemahannya."
Setelah
itu beliau mengatakan, jika ingin mempelajari agama Islam secara utuh,
itu memakan waktu lama. Sebab, ajaran Islam itu sangat luas cakupannya.
Tapi yang terpenting, menurut beliau adalah dasar-dasar keimanan agama
Islam, yang terangkum dalam rukun iman.
MASUK ISLAM
"Dari
uraian K.H. Khotib Umar tersebut saya melihat ada perbedaan yang sangat
jauh antara agama Islam dan Kristen yang saya anut. Dalam agama
Kristen, saya mengenal ada tiga Tuhan (dogma trinitas), yaitu Tuhan
Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Agama Kristen tidak mempercayai
kerasulan Muhammad SAW, Bahkan, mereka menuduhnya tukang kawin. Mereka
juga hanya percaya kepada tiga kitab suci, Taurat, Zabur, dan Injil.
Ajaran
Kristen tidak mempercayai adanya siksa kubur, karena mereka
berkeyakinan setiap orang Kristen pasti masuk surga. Yang terpenting
bagi mereka adalah tentang penyaliban Yesus, yang pada hakekatnya Yesus
disalib untuk menebus dosa manusia di dunia.
Penjelasan
K.H. Khotib Umar ini sangat menyentuh hati saya. Penjelasan itu terus
saya renungkan. Batin saya berkata, penjelasaan itu sangat cocok dengan
hati nurani saya. Lalu, kembali saya bandingkan dengan agama Kristen.
Ternyata agama Islam jauh lebih rasional (masuk di akal) daripada agama
Kristen yang selama ini saya anut. Oleh karena itu saya berminat untuk
memeluk agama Islam.
Keesokan harinya, saya pergi lagi ke
rumah KH. Khotib Umar untuk menyatakan niat masuk Islam. Beliau terkejut
dengan pernyataan saya yang sangat cepat. Beliau bertanya, "Apakah
sudah dipikirkan masak-masak?" "Sudah," suara saya meyakinkan dan
menyatakan diribahwa hati saya sudab mantap.
Lalu beliau
membimbing saya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebelum ikrar
saya ucapkan, beliau memberikan penjelasan dan nasehat. Di antaranya,
"Sebenarnya saat ini Anda bukan masuk agama Islam, melainkan kembali
kepada Islam. Karena dahulu pun Anda dilahirkan dalam keadaan Islam.
Lingkunganmulah yang menyesatkan kamu. Jadi, pada hakikatnya Islam
adalah fitrah bagi setiap individu manusia. Artinya, keislaman manusia
itu adalah sunnatullah, ketentuan Allah. Dan, menjauhi Islam itu
merupakan tindakan irrasional. Kembali kepada Islam berarti kembali
kepada fitrahnya," ujar beliau panjang lebar. Saya amat terharu. Tanpa
terasa air mata meleleh dari kedua mata saya.
Sehari
setelah berikrar, saya pun dikhitan. Nama saya diganti menjadi Syamsul
Arifin Nababan. Saya kemudian mendalami ajaran Islam kepada K.H. Khotib
Umar dan menjadi santrinya. Setelah belajar beberapa tahun di pondok
pesantren, saya amat rindu pada keluarga. Saya diizinkan pulang. Bahkan,
beliau membekali uang Rp 10.000 untuk pulang ke Sumatra Utara.
Dengan
bekal itu saya akhirnya berhasil sampai ke rumah orang tua. Dalam
perjalanan, banyak kisah yang menarik yang menunjukkan kekuasaan Allah.
Sampai di rumah, ibu, kakak, dan semua adik saya tidak lagi mengenali
saya, karena saya mengenakan baju gamis dan bersorban. Lalu, saya
terangkan bahwa saya adalah Bernard Nababan yang dulu kabur dari rumah.
Saya jelaskan pula agama yang kini saya anut. Ibu saya amat kaget dan
shock. Kakak-kakak saya amat marah. Akhirnya saya diusir dari rumah.
Usiran
merekalah yang membuat saya tegar. Saya kemudian pergi ke beberapa kota
untuk berdakwah. Alhamdulillah, dakwah-dakwah saya mendapat sambutan
dari saudaraudara kaum muslimin. Akhirnya saya terdampar di kota
Jakarta. Aktivitas dakwah saya makin berkembang. Untuk mendalami
ajaran-ajaran agama, saya pun aktif belajar di Ma'had al-Ulum
al-Islamiyah wal abiyah atau UPIA Jakarta."
TANTANGAN DALAM BERDAKWAH
Perjuangan
membutuhkan pengorbanan. Itu disadari betul oleh Syamsul Arifin Nababan
sebelum mendirikan Pesantren Pembinaan Muafal Annaba.
"Yang
namanya terjun di dunia dakwah, segala sesuatunya tentu tidak akan
mulus-mulus. Semua Nabi mengalami hal yang sama," ujarnya kepada Kantor
Berita Republika.co.id, akhir pekan lalu.
Kondisi itu tak
lantas menyurutkan langkahnya. Nababan meyakini keberuntungan yang
dijanjikan Allah bagi siapa saja yang sungguh-sungguh dalam berjuang dan
berkorban.
Ketika anda memutuskan masuk dunia dakwah
anda akan mengalami cobaan yang berat. Saya sebagai orang yang berlatar
belakang mualaf, menjadi dai, tentu lebih berat lagi tantangannya,”
ujarnya.
Nababan menjelaskan para mualaf seperti dirinya
yang segera terpanggil untuk berdakwah akan menghadapi dua tantangan
yakni tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal, kata dia,
ada semacam kecurigaan dari pemuka agama yang sebelumnya dianut bahwa
umatnya yang dahulu akan menjadi ancaman.
“Bagi mualaf
yang berdakwah, yang saya rasakan bobot tantangan sangat tinggi karena
tahu seluk beluk agama sebelumnya sehingga kadang dipandang ancaman dari
agama sebelumnya,” kata dia.
Secara internal, setiap
mualaf yang berdakwah akan menghadapi prasangka negatif. Prasangka itu
menurut Nababan muncul dengan mengacu pada kisah Snouck Hurgronje,
islamologi asal Belanda yang menghancurkan umat Islam lantaran
berpura-pura memeluk Islam.
Jadi, kata Nababan, ada
semacam trauma yang akhirnya menyebabkan prasangka buruk kepada mualaf
yang hendak berdakwah. “Secara internal, cobaan yang kita hadapi adalah
satu atau dua Muslim yang mencurigai saya menyusup dalam umat Islam
untuk merusak Islam,” ungkap dia.
Selama berdakwah,
Nababan pun tak luput dari merasakan vonis prasangka itu. Namun, tuduhan
itu bukannya membuat dia kendur dalam berdakwah melainkan menjadi
pelecut guna memperlihatkan kematangan komitmennya dalam berdakwah.
Subhanallah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN TANGGAPAN