D.E.B.A.T K.A.I.R.O - ISLAM VERSUS KRISTEN -3
MENELITI RIWAYAT INJIL TENTANG KISAH SALIB(1/1)
Sekarang yang masih perlu saya kemukakan ialah hasil
penelitian terhadap cerita-cerita Injil itu. Harus diingat bahwa tidak satupun
di antara penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang
terjadi pada peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang
gawat itu lari meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56). Bahkan
sangat boleh jadi bahwa penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus. Oleh
karena itu keterangan-keterangan yang mereka berikan hanya semata-mata
berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka
didasarkan pada riwayat yang didengar dari orang-orang lain itu.
Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih
dari dua puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu
sendiri. Saya minta dengan hormat kepada sidang pembaca untuk menganggap dirinya
sebagai hakim mengadili perkara pembunuhan salah seorang nabi besar. Perkara ini
sangat penting karena apabila pembunuhan itu benar-benar terjadi sesuai dengan
kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, maka nabi itu terkutuk. Umat Kristen
yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi mata yang menyaksikan
peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita keempat penulis Injil
yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-perkiraan semata dengan
memberi kesaksian yang berbeda-beda pula. Saya ingin membuktikan bahwa
cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan yang lain. Menjadi
undang-undang pengadilan-pengadilan di seluruh dunia, apabila berbagai kesaksian
itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu dinyatakan gugur.
Sekarang saya kemukakan pertentangan-pertentangan itu
sebagai berikut:
Pertama: Siapa yang memanggul
salib ke Golgota, Yesuskah atau Simonkah? Markus menulis:
“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene,
ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka
paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama
Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak” (Markus 15:21-22).
Lukas menulis:
“Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama
Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di
atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus” (Lukas 23:26).
Matius menulis:
“Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukannya?” Namun mereka
makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Matius 27:23).
Yohanes memberikan keterangan yang berbeda sekali dengan
ketiga keterangan di atas, dia menulis:
“Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan”
(Yohanes 19:16).
Kedua: Apakah Yesus mengecap
atau tidak anggur campur atau cuka sebelum digantung di kayu salib?
Matius menulis:
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota,
artinya: Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur
empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius 27:33-34).
Markus menulis:
“Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia
menolaknya.” (Markus 15:23).
Dalam keterangan Matius dikatakan bahwa Yesus telah “minum
anggur bercampur empedu setelah dikecapnya, maka tiadalah Ia mau meminumnya.
Sedangkan dalam keterangan kedua (Markus) dikatakan: “tidak menerimanya”.
Akan tetapi dua saksi lainnya (Yohanes dan Lukas) tidak
menyebutkan peristiwa itu sama sekali.
Ketiga: Cerita cuka di kayu
salib.
Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu.
Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah
selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci :
“Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka mencucurkan
bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam, pada sebatang hisop lalu
menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur masam itu, berkatalah
Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya”
(Yohanes 19:28-30).
Markus mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi,
Eloi lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau tinggalkan
Aku? Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil
Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam
anggur asam itu dan mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum
serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk
menurunkan Dia” (Markus 15:34-36).
Matius mengatakan:
“Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia
memanggil Elia.” Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga
karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucurkannya pada sebatang
buluh dan memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: “Jangan, baiklah
kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia” (Matius 27:47-49).
Ketiga kesaksian ini bertentangan. Yohanes mengatakan Yesus
berkata: “Aku haus”, dia sendiri menyatakan keinginannya untuk minum. Tetapi dua
saksi lagi mengatakan dia tidak minta air dan tidak pula mengatakan “Aku haus”.
Lalu Yohanes mengatakan bahwa “mereka” mengenakan lumut pada mulut Yesus. Matius
dan Markus mengubah kata “mereka” menjadi “seorang”. Antara Markus dan Matius
juga terjadi beda pendapat. Markus mengatakan, seorang yang memberi lumut, dia
mengatakan: “Janganlah, kita lihat: kalau-kalau Elias datang menyelamatkan Dia”.
Matius tidak mengatakan seorang, melainkan “mereka yang lain” yang
mengatakannya.
Keempat: Kapan Almasih
dipantek di kayu salib?
Matius dan Lukas tidak menerangkan secara jelas tentang
waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi Yahya (Yohanes) mengatakan:
“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata
Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah
mereka: ‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka:
‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami tidak mempunyai
raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka
untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-16).
Riwayat-riwayat ini mengungkapkan bahwa Yesus disalibkan
sesudah pukul enam, yaitu tengahari. Tetapi Markus menerangkan yang sebaliknya.
“Hari jam tiga ketika ia disalibkan” (Markus 15:25).
Dalam Injil bahasa Arab di sini kata-kata itu bunyinya
adalah:
{Tulisan arab}
Artinya: “Waktu itu pukul tiga ketika Yesus disalibkan.”
Jadi, seorang saksi mengatakan pukul enam dan seorang saksi yang lain mengatakan
pukul tiga. Dapatkah kesaksian-kesaksian ini dipercayai?
Kelima: Apakah kedua-dua
penyamun itu menyindir Yesus? Atau cuma satu?
Matius mengatakan:
“Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia
mencela Dia juga” (Matius 24:44).
Markus mengatakan:
“Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela
Dia juga.” (Markus 15:32).
Saksi ketiga, Lukas membantah dua saksi itu, mengatakan:
“Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya:
‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami! Tetapi yang
seorang menegur Dia, katanya: ‘Tidakkah Engkau takut, juga tidak kepada Allah,
sedang Engkau menerima hukuman yang sama?” (Lukas 23:39-40).
Keterangan ketiga orang saksi ini bertentangan secara
mencolok. Dua saksi pertama mengatakan, yang mencela Yesus adalah kedua orang
yang digantung bersama dia. Saksi ketiga mengatakan, tidak, yang mencela Yesus
cuma satu orang, yang satu lagi malah membelanya. Saksi keempat yaitu Yohanes,
diam sama sekali.
Keenam: Di mana dan berapa
wanita hadir pada peristiwa itu?
Yohanes mengatakan:
“Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria,
isteri kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25).
Lukas mengatakan:
“Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk
perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan
melihat semuanya itu” (Lukas 23;49).
Markus mengatakan:
“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya
Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus
15:40).
Matius mengatakan:
“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu
perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di
antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu
anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56).
Dari keterangan Yohanes jelas bahwa wanita-wanita itu berada
dekat “dekat kayu salib” sedangkan keterangan lainnya mengatakan, “berdiri
jauh-jauh dan melihat semuanya.” Anehnya Bunda Maria disebut hanya oleh Yohanes,
lainnya semua tidak ada yang mengatakan apa-apa. Maria Magdalena menurut
keterangan Yohanes, berada di dekat kayu salib. Menurut yang lain-lainnya,
melihat dari jauh. Perbedaan keterangan-keterangan ini seperti perbedaan antara
langit dan bumi.
Mengenai bilangan wanita yang berada di situ juga sangat
berbeda: Apakah tiga atau empat, atau banyak?
Ketujuh: Apakah saat itu dunia
seluruhnya diliputi kegelapan?
Matius menerangkan:
“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu
sampai jam tiga.” (Matius 27:45).
Kata Markus:
“Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan
berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33).
Lukas mengatakan:
“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan
meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44).
Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu
Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh
mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang yang
suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu
mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa
dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa dunia
seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini menunjukkan
jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat lugu,
sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia seluruhnya”. Hal
ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu diliputi kegelapan.
Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan sesuatu yang membenarkan
cerita itu.
Kedelapan: Hakikat seruan
Yesus dan cariknya Bait Allah.
Matius mengatakan:
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli,
Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan
Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia memanggil
Elia.’ Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang,
mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan
memberi Yesus minum. Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita
lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan
dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan
bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus
yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52).
Matius mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi,
Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata:
‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan bunga karang,
mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan
memberi Yesus minum serta berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia
datang untuk menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan
menyerahkan nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai
ke bawah” (Markus 15:34-38).
Lukas mengatakan:
“Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua.
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan
nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan nyawaNya” (Lukas
23:45-46).
Tetapi Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang hal-hal yang
fantastis ini. Dengan tidak menceritakan apa-apa tentang peristiwa-peristiwa
yang begitu penting saat terjadinya, tentu saja sikap ini menggugurkan
kesaksian-kesaksian lainnya, selain cerita ketiga orang itu juga bertentangan.
Markus hanya menceritakan berserunya Yesus dengan suara nyaring dan tentang
cariknya tirai Bait Allah di tengah, bukan dari atas ke bawah. Matius bercerita
tidak sampai di situ saja melainkan berkata bahwa bumi pun gempa dan batu-batu
gunung terbelah-belah, kubur-kubur terbuka dan mayat-mayat yang sudah wafat
telah bangkit dan pulang ke rumahnya. Saya tegaskan kalau apa yang diterangkan
oleh Matius itu benar, maka saksi-saksi lainnya telah melakukan perbuatan
benar-benar tercela karena mereka tidak menceritakan peristiwa bersejarah yang
begitu penting. Akan tetapi, kalau keterangan-keterangan mereka itu benar, maka
keterangan yang diberikan oleh Matius berarti satu cerita tidak lebih dari pada
hikayat, cerita fantasi, dan khayalan semata lagi tidak pernah ada dalam
kenyataan. Berdasarkan sejarah yang tersebut kebelakangan itulah yang benar.
Dalam pada itu bertentangan antara satu dengan yang lain, disebabkan
keterangan-keterangan yang salah, ketiga kesaksian adalah sia-sia.
MENELITI RIWAYAT INJIL TENTANG KISAH SALIB(1/2)
Kesembilan: Mana yang lebih
dahulu, seruan keras Yesus atau cariknya tirai?
Dari keterangan-keterangan yang tersebut di atas tampak
bahwa Matius dan Markus menceritakan Yesus ketika di tiang salib berseru dua
kali, tetapi Lukas mengatakan, hanya satu kali. Dua yang tersebut duluan
mengatakan, Yesus mengatakan “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” waktu di tiang salib.
Lukas tidak menyebut apa-apa, sedang Yohanes meninggalkan seluruh cerita. Lalu
para saksi ketiga-tiganya menceritakan Yesus berseru untuk kedua kalinya, sedang
Lukas mengatakan bahwa Yesus mengatakan saat itu: “Ya Bapa, ke dalam tanganmu
Kuserahkan nyawaKu,” namun yang lainnya, dua saksi, tidak menyebutkannya. Selain
itu para perawi (penutur) itu berselisih pendapat, apakah seruan nyaring Yesus
yang kedua kali penyerahan nyawanya itu terjadi lebih dahulu ataukah tercariknya
tirai Bait Suci yang terjadi lebih dulu? Dari keterangan Lukas tampak jelas
bahwa cariknya tirai bait Suci lebih dahulu, baru seruan nyraing Yesus terjadi.
Matius dan Markus mengatakan bahwa tirai Bait Suci terjadi sesudah Yesus
berseru, bahkan dia menyerahkan nyawanya sesudah terjadi.
Kesepuluh: Kisah kesaksian
kepala pasukan.
Lukas, setelah menyebut cariknya tirai Bait Suci,
mengatakan:
“Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat
matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”
(Markus 15:39).
Matius mengatakan:
“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi
sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang terjadi, lalu
berkata: “Sungguh, Ia adalah Anak Allah.” (Matius 27:54).
Ini keterangan-keterangan ketiga orang saksi tentang
kesaksian kepada pasukan. Kesaksian keempat yaitu Yohanes menanggap seluruh
kesaksian ini tidak benar sehingga dia anggap sepi.
Pertama, sikap Yohanes yang tidak menyinggung sama sekali
masalah ini sangat mengherankan.
Kedua, keterangan-keterangan tersebut mengandung
pertentangan satu dengan yang lainnya. Markus mengatakan bahwa kepala pasukan
memberikan keterangan itu ketika ia melihat Yesus telah menghembuskan napas yang
penghabisan.
Lukas pertama-tama memuji Tuhan, kemudian baru memberikan
keterangan. Matius menceritakan adanya orang-orang lain bersama kepala pasukan.
Mereka melihat gempa yang sangat mengerikan dan kemudian berseru. Selain itu
kesaksian-kesaksian mereka bertentangan satu sama lain. Matius mengatakan,
kepala pasukan berkata: “Sungguh orang ini benar”. Markus mengatakan, kepala
pasukan mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” Menurut Matius
kepada pasukan mengatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Tuhan.” Markus
menyebutkan bahwa kepala pasukan mengatakan, “Sungguh orang ini adalah Anak
Tuhan.” Lukas mengatakan bahwa kepala pasukan berkata, “Sungguh orang ini adalah
orang benar.” Ini semuanya merupakan perbedaan-perbedaan bertahap yang amat
menarik.
Di sini muncul kesulitan di hadapah orang-orang Kristen.
Kalau kesaksian satu saksi dikatakan tidak benar, maka kesaksian-kesaksian yang
lainnya tentu tidak dapat dipercaya. Kalau semuanya dinyatakan benar, seperti
yang dipercayai oleh orang-orang Kristen sekarang, maka harus diakui bahwa “Anak
Tuhan” dan “Orang Benar” adalah kata sinonim, yaitu sama artinya. Para penulis
Injil pun memakai kata “Anak Tuhan” dalam arti “Orang Benar” pula. Dengan
demikian masalah “Anak Tuhan” (sonship) dengan mudah terpecahkan.
Kesebelas: Apakah ketika Yesus
berseru keras, orang-orang Yahudi tahu Yesus telah wafat?
Dua saksi, Matius dan Markus, tidak memberikan keterangan
apa-apa tentang masalah ini. Lukas dan Yohanes memberikan kesaksian seperti di
bawah ini.
Lukas, setelah Yesus wafat dan setelah kesaksian yang
diberikan kepada pasukan, menyatakan:
“Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ,
melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua
orang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia
dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu” (Lukas 23:48-49).
“Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat
mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab hari Sabat itu
adalah hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan
meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya
diturunkan” (Yohanes 19:31).
Dari keterangan Yohanes ini tampak jelas bahwa orang-orang
Yahudi meminta supaya kaki-kaki dipatahkan, karena mereka mengerti bahwa sampai
saat-saat akhir itu Yesus belum wafat. Kalau tidak, permintaan orang-orang
Yahudi itu tak ada artinya. Permintaan orang Yahudi yang begitu biadab dan
brutal pada saat-saat akhir meledaklah mitos (hikayat) gempa, cariknya Bait
Suci, terbukanya kubur-kubur, dan hidupnya orang-orang yang sudah mati. Dalam
suasana serupa itu tidak mungkin orang-orang Yahudi mengajukan permintaan
tersebut, melainkan mereka yang beriman kepada Yesus. Atau paling tidak, Pilatus
akan menyesali mereka: “Kendatipun kamu sudah menyaksikan mukjizat yang begitu
dahsyat, kamu malah meminta supaya kaki Yesus dipatahkan.” Dia pun akan
mengatakan kepada mereka: “Takutlah kamu kepada Tuhan.”
Singkatnya, keterangan Yohanes tentang permintaan orang
Yahudi tersebut menunjukkan bahwa sampai saat-saat akhir Yesus tidak mati. Tapi
Lukas mengatakan, semua orang setelah menyaksikan tragedi itu pulang sambil
memukul-mukul dada mereka. Semua orang ini bersama-sama perempuan-perempuan
berdiri jauh-jauh menyaksikan semua kejadian itu. Di sini kami ingin mengajukan
satu pertanyaan penting, yaitu: Kalau ini benar bahwa “gelaplah seluruh tanah
itu” dari pukul dua belas tengah hari hingga pukul tiga petang” “cahaya matahari
pun hilanglah,” “gempa bumi” pun terjadi, batu terbelah, maka bagaimana pula
orang-orang yang “berdiri dari jauh” itu dapat melihat kejadian tersebut? Ini
berarti bahwa “mereka menyaksikan” itu cerita yang dibuat-buat atau “gelapnya
seluruh tanah” itu cerita bohong. Apabila kita teliti secara seksama, kedua
cerita ini salah. Bungkamnya Matius dan Markus tentang hal ini dan Yohanes tidak
menyebut-nyebut tentang kegelapan yang meliputi negeri mendukung pandangan kami.
Keduabelas: Apakah kaki Yesus
dipatahkan?
Tiga saksi yang pertama tidak menyebut apa-apa tentang
perkara ini; semua diam. Hanya Yohanes, setelah menceritakan tuntutan
orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang
pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;
tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka
tidak mematahkan kakiNya” (Yohanes 19:32-33).
Berarti, karena orang-orang Yahudi harus mengadakan
persiapan-persiapan hari Sabat, mereka tidak dapat menunggu lebih lama. Yesus
saat itu belum wafat. Mereka, pada bagian akhir pada hari yang sama, meminta
kepada Pilatus untuk mematahkan kaki Yesus dan Pilatus mengabulkan permintaan
mereka. Lalu orang-orang Yahudi pulang. Sekarang perkara mematahkan kaki Yesus
seluruhnya berada di tangan Pilatus. Seperti telah kami terangkan, Pilatus di
dalam hatinya ingin menyelamatkan nyawa Yesus. Karena itu, adalah sangat mungkin
ketika mengirimkan pasukannya dia memberitahukan kepada kepala pasukan tersebut
akan maksudnya agar kaki Yesus jangan dipatahkan. Kaki kedua penyamun
dipatahkan, sedangkan kaki Yesus tidak. Yohanes menggambarkan mengapa tidak
dipatahkan kaki Yesus:
“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang
pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;
tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka
tidak mematahkan kaki-Nya.” (Yohanes 19:32-33).
Interpretasi ini hanya oleh Yohanes dikemukakan. Dia sendiri
tidak berada di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi. Karena itu
kesaksiannya hanya merupakan cerita burung, tak mengandung arti apa-apa. Apa
lagi saksi lainnya tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Taruhlah kata-kata
itu diucapkan oleh beberapa prajurit, tidak jarang orang yang pingsan dikira
mati. Ini kesalahannya sendiri. Yang sebenarnya adalah, kalau ada seorang telah
mengatakan yang demikian, mungkin dia adalah kepada pasukan yang secara rahsia
dibisiki oleh Pilatus untuk mengalihkan perhatian prajurit-prajurit. Hal
demikian ialah supaya orang yang kurang mukhlis tidak jadi curiga lalu membuka
rahasia. Bila kita merenungkan cerita-cerita Injil secara seksama akan tampak
dengan jelas bahwa Pilatus membuat satu rencana yang matang untuk menyelamatkan
Yesus. Pada kesempatan itu dia dengan anak buahnya terpaksa melakukan satu gerak
tipu. Bagaimanapun, sesuai kesaksian Yohanes, kaki Yesus tidak dipatahkan. Tiga
saksi lainnya tidak mengatakan apa-apa tentang kisah ini.
Ketiga belas: Masalah
keluarnya darah dan air dari pinggang/lambung Yesus.
Tiga orang saksi tidakmengatakan apapun tentang kejadian
ini. Tetapi Yohanes mengatakan:
“Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan
tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yohanes 19:34).
Dari perbuatan prajurit ini tampak jelas bahwa dia meragukan
kematian Yesus dan dia, pada hakikatnya, tidak mengerti tentang tindakan
kebijaksanaan dan taktik Pilatus. Oleh karena itu ketika dia menikam lambung
Yesus maka keluarlah darah dan air. Adalah jelas keluarnya darah dan air dengan
segera itu menunjukkan adanya tanda hidup dan kuatnya degupan jantung.
Bagaimanapun, perbuatan prajurit itu menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya dalam
keadaan pingsan, bukan mati. Inilah yang sebenarnya.
Keempat belas: Siapa yang
mengangkat tubuh Yesus dan siapa yang meletakkannya di dalam kubur?
1.
Matius mengatakan:
“Dan
Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafaninya dengan kain lenan yang putih bersih,
lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit
batu dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah
ia” (Matius 27:59-60).
2. Markus mengatakan:
“Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan
memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain kafan, kemudian ia
menurunkan mayat Yesus dari Salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lali
ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian
digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu”. (Markus 15:45-46).
3.
Lukas mengatakan:
“Dan
sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan kain lenan, lalu
membaringkannya di dalam kubur yang digali dalam bukit batu, di mana belum
pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53).
4. Yohanes mengatakan:
“Yusuf dari Arimatea - ia murid tetapi sembunyi-sembunyi…lalu
menurunkan mayat itu, juga Nikodemus datang ke situ, dialah yang mula-mula
datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak
gaharu, lebih kurang lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus,
mengafaninya dengan kain linen dan membubuhkannya dengan rempah-rempah…karena
hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka
mereka meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:38-42).
Tiga saksi pertama menyatakan, hanya Yusuf Arimatea seorang
diri tampak mengangkat jenazahnya, mengafaninya, dan meletakkan ke dalam kubur.
Saksi paling belakang, Yohanes mengatakan, Nikodemus juga ikut mengangkat
jenazah, mengafani, dan meletakkannya dalam kubur.
Kelima belas: Siapakah Yusuf
Arimatea itu?
1. Matius
mengatakan tentang ini:
“Menjelang
malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah
menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57).
2.
Markus mengatakan:
“Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar
yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan kerajaan Allah, memberanikan diri
menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43).
3. Lukas
mengatakan:
“Adalah
seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi
benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari
Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah” (Lukas
23:50-51).
4. Yohanes
mengatakan:
“Sesudah itu
Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada
orang-orang Yahudi” (Yohanes 19:38).
Menurut Markus dan Lukas, Yusuf adalah anggota Majelis Musyarah
(Sanhedrin Yahudi) yang baik lagi adil. Menurut Yohanes, Yusuf adalah murid
Yesus juga, tetapi sembunyi-sembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi.
Matius mengatakan dia adalah murid Yesus juga dan terang-terangan. Bagaimanapun
bentuknya, pertanyaan yang timbul ialah, Yusuf Arimatea, seorang yang karena
takut dari orang-orang Yahudi tidak sanggup memperlihatkan imannya. Dalam
saat-saat gawat seperti itu, ketika semua murid Yesus tidak mampu memperlihatkan
kesetiaannya, bagaimana mungkin dia berani mendatangi Pilatus dan meminta
kepadanya supaya menyerahkan mayat Yesus. Keterangan ini tampaknya tidak masuk
akal. Cukup mengherankan bahwa Pilatus tidak bertanya, apa hubungannya dengan
Yesus dan mengapa meminta mayatnya, malahan segera menyerahkan mayat kepadanya.
Cukup dari satu kejadian ini saja orang-orang Kristen, kalau mau berpikir, akan
mengetahui bahwa segalanya ini adalah hasil dan buah dari rencana matang dan
rancangan rapi yang diciptakan oleh Pilatus. Adalah pilihan yang tepat
menyerahkan jasad Yesus kepada seorang pengikut Yesus yang tak dikenal. Dengan
dorongan dari Pilatus dia berani mengambil tindakan tepat dan cepat melaksanakan
rencana itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN TANGGAPAN