Turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam
Pertanda Akhir Zaman
Penulis: Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Tidak
ada seorang pun di antara ahli kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa)
menjelang kematiannya. Dan pada hari kiamat, dia (Isa) akan menjadi
saksi mereka.” (An-Nisa`: 159)
Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat
أَهْلِ الْكِتَابِ
Yang
dimaksud ahli kitab adalah Yahudi dan Nashara, sebagaimana disebutkan
jumhur (mayoritas) ulama. Para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi
kaum Majusi, apakah mereka termasuk ahli kitab atau bukan. Ada dua
pendapat dalam hal ini, dan yang shahih bahwa mereka tidak termasuk
kalangan ahli kitab. Dan pendapat ini dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullahu. (Lihat Syarh Al-Masa`il Al-Jahiliyyah, karya
Yusuf bin Muhammad As-Sa’id, 1/83-85)
قَبْلَ مَوْتِهِ
“Sebelum
matinya.” Kata ganti pada “matinya” ada kemungkinan kembali kepada ahli
kitab. Sehingga makna ayat ini adalah setiap dari ahli kitab yang
menghadapi kematian dan menyaksikan perkara tersebut secara hakiki, maka
dia akan beriman kepada Isa ‘alaihissalam dan menyatakan bahwa beliau
adalah Rasul Allah. Namun keimanan tersebut tidaklah bermanfaat, sebab
hal itu adalah iman yang terpaksa saat mendekati kematiannya. Sehingga
kandungan ayat ini adalah ancaman terhadap mereka dan agar mereka tidak
terus-menerus berada di atas keyakinan batilnya, yang nantinya mereka
akan menyesal sebelum matinya.
Al-Qurthubi
rahimahullahu menyebutkan sebuah riwayat bahwa Al-Hajjaj bertanya
kepada Syahr bin Hausyab tentang ayat ini. Dia berkata: “Benar-benar
didatangkan kepadaku tawanan dari orang Yahudi dan Nashara, lalu aku
perintahkan untuk menebas lehernya. Dan aku memerhatikannya di kala itu,
namun aku tidak melihat tanda-tanda keimanan darinya.” Maka Syahr bin
Hausyab menjawab: “Sesungguhnya di saat dia telah menyaksikan perkara
akhirat (yakni telah melihat kematiannya), dia pun beriman bahwa Isa
adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, dia beriman kepadanya namun tidak
bermanfaat baginya.” Al-Hajjaj bertanya: “Dari mana engkau mengambil
ilmu ini?” Syahr menjawab: “Aku mengambilnya dari Muhammad bin
Al-Hanafiyyah.” Maka Al-Hajjaj berkata: “Engkau mengambilnya dari sumber
yang jernih.”
Dan
ada pula yang mengatakan bahwa kata ganti pada “matinya” kembali kepada
Isa ‘alaihissalam. Sehingga maknanya adalah: “Tidak seorang pun dari
kalangan ahli kitab yang hidup di masa turunnya Isa bin Maryam,
melainkan akan beriman kepada Al-Masih ‘alaihissalam sebelum beliau
meninggal. Dan itu terjadi ketika mendekati hari kiamat serta munculnya
tanda-tanda hari kiamat yang besar. Ini adalah pendapat yang
diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah, Ibnu Zaid,
dan selainnya. Dan ini pendapat yang dipilih oleh At-Thabari. Dan
pendapat ini dikuatkan dengan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ
حَكَمًا عَدْلاً فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ وَيَضَعَ
الْجِزْيَةَ وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلُهُ أَحَدٌ حَتَّى
تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا.
ثُمَّ يَقُوْلُ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {وَإِنْ
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا}
“Demi
Dzat yang jiwaku yang berada di tangan-Nya, sebentar lagi akan turun
kepada kalian (Isa) bin Maryam sebagai hakim yang adil. Dia
menghancurkan salib, membunuh babi-babi, dan meletakkan hukum jizyah
(bayar upeti bagi kafir dzimmi). Dan harta melimpah ruah, hingga tidak
seorang pun mau menerimanya, dan hingga satu rakaat lebih baik dari
dunia beserta segala isinya.”
Lalu
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bacalah oleh kalian jika
kalian mau….” (lalu beliau membaca ayat tersebut di atas). (Muttafaq
alaihi) [Lihat Tafsir At-Thabari, As-Sa’di, dan Al-Qurthubi]
Ibnu
Katsir rahimahullahu menyatakan setelah menjelaskan tentang kuatnya
pendapat ini: “Tidaklah diragukan bahwa inilah pendapat yang benar.
Sebab maksud dari konteks ayat ini adalah menyatakan kebatilan apa yang
disangka oleh kaum Yahudi bahwa mereka telah membunuh Isa dan
menyalibnya. Dan berita itu diterima begitu saja oleh kaum Nashara yang
jahil (bodoh) tentang hal tersebut. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabarkan bahwa perkaranya tidaklah demikian. Sesungguhnya itu
hanyalah orang yang diserupakan (dengan Isa) bagi mereka, lalu mereka
membunuh yang diserupakan tersebut dalam keadaan mereka tidak
mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabarkan bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengangkatnya kepada-Nya, dan beliau masih tetap
dalam keadaan hidup. Dan beliau akan turun sebelum tegaknya hari kiamat,
sebagaimana telah ditunjukkan hadits-hadits yang mutawatir.” (Tafsir
Ibnu Katsir)
Penjelasan Ayat
Ayat
ini menjelaskan bahwa setiap ahli kitab pasti akan beriman tentang Isa
‘alaihissalam dan bahwa beliau adalah Rasul dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Namun yang menjadi perselisihan di kalangan para ulama, apakah
ahli kitab yang dimaksud adalah secara umum pada setiap zaman ataukah
ahli kitab yang hidup di zaman turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam?
Letak perselisihannya adalah dalam memahami dhamir (kata ganti) yang
terdapat pada kata “sebelum matinya”. Apakah yang dimaksud kematian ahli
kitab tersebut ataukah kematian Isa bin Maryam ‘alaihissalam?
Ulama
yang berpendapat bahwa kata ganti tersebut kembali kepada ahli kitab,
mengatakan bahwa setiap ahli kitab pasti sempat menyatakan keimanannya
kepada Isa bin Maryam dan bahwa beliau adalah Rasulullah, dalam keadaan
bagaimanapun kondisi akhir kematian dari ahli kitab tersebut. Baik dia
mati terbakar, tenggelam, jatuh ke dalam sumur, tertimpa dinding,
dimakan binatang buas, atau mati secara mendadak. Sampaipun ketika dia
menjatuhkan dirinya dari sebuah bangunan (tinggi), maka dia sempat
mengucapkannya ketika masih berada (melayang) di udara. Namun pernyataan
keimanan tersebut tidak memberi manfaat baginya. Sebab dia menyatakan
hal tersebut pada waktu tidak diterima keimanan seseorang. Seperti
halnya pernyataan Fir’aun yang menyatakan keimanannya di akhir hayatnya,
sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَجَاوَزْنَا
بِبَنِي إِسْرَائِيْلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهُ
بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ
أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ
وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ
مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ
“Dan
kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala
tentaranya mengikuti mereka, untuk menzhalimi dan menindas (mereka).
Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata, ‘Aku percaya bahwa
tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai Bani Israil, dan aku
termasuk orang-orang muslim (berserah diri).’ Mengapa baru sekarang
(kamu beriman) padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu,
dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (Yunus: 90-91)
Adapun
pendapat kedua, menyatakan bahwa pada saat turunnya Isa ‘alaihissalam
di akhir zaman, setiap ahli kitab yang ada di zaman beliau turun niscaya
beriman kepada Isa ‘alaihissalam dan meyakini bahwa beliau adalah
Rasulullah, serta tidak ada yang memeluk agama lain pada masa itu
kecuali Islam yang murni. Dan pada hari kiamat nanti, beliaulah yang
menjadi saksi atas manusia dengan membenarkan orang yang memercayai
beliau sebagai Rasul Allah dan mendustakan orang yang tidak percaya
kepada kerasulannya. Dan hal ini dikuatkan dengan hadits di atas, di
mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (menyebutkan bahwa di
antara tugas Isa bin Maryam di saat turun ke bumi adalah
meletakkan/tidak memungut pembayaran jizyah/upeti dari seorang kafir
dzimmi), dan setiap orang akan diberi salah satu dari dua pilihan: masuk
Islam atau diperangi.
Al-Hafizh
Ibnu Hajar rahimahullahu berkata setelah meyebutkan hadits di atas:
“Maknanya adalah agama menjadi satu saja. Sehingga tidak diperbolehkan
lagi bagi seorang pun dari kalangan kafir dzimmi untuk membayar jizyah.”
Al-Imam
An-Nawawi rahimahullahu mengatakan: “Yang benar bahwa Nabi Isa
‘alaihissalam tidak menerima agama kecuali Islam. Dan ini dikuatkan oleh
riwayat lain dari Al-Imam Ahmad rahimahullahu dari jalur lain dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafadz:
وَتَكُوْنُ الدَّعْوَى وَاحِدَةً
“Dan panggilan menjadi satu (yaitu Islam).”
An-Nawawi
rahimahullahu menjelaskan: “Dan makna Nabi Isa ‘alaihissalam meletakkan
jizyah adalah bahwa jizyah tersebut disyariatkan dalam syariat ini. Dan
pensyariatan tersebut terikat dengan zaman turunnya Isa bin Maryam
‘alaihissalam, sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits ini. Bukan yang
dimaksud bahwa Isa ‘alaihissalam sebagai penghapus hukum jizyah, namun
Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan dihapuskannya
hukum tersebut dengan sabda beliau ini.” (Lihat Fathul Bari, 6/492)
Isa bin Maryam Belum Mati
Ayat
ini juga menjelaskan bahwa Isa ‘alaihissalam belumlah mati. Tidak
seperti yang disangka kaum Yahudi dan Nashara yang meyakini bahwa Isa
telah mati disalib. Pada dua ayat sebelumnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjelaskan hal ini:
وَقَوْلِهِمْ
إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللهِ
وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ
الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوا فِيْهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ
عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا. بَلْ
رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
“Dan
(Kami hukum juga) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah
membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah.’ Padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang
berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa yang
sebenarnya dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi
mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa
ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (An-Nisa`: 157-158)
Ayat
ini dengan gamblang menyebutkan bahwa mereka tidak membunuhnya dan
tidak pula menyalibnya. Namun yang terjadi adalah Allah Subhanahu wa
Ta’ala menjadikan salah seorang murid beliau diserupakan dengannya,
sehingga mereka pun menangkap dan membunuh muridnya yang diserupakan Isa
itu, bukan Isa ‘alaihissalam sendiri.
Ibnu
Abi Hatim rahimahullahu meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id bin
Jubair rahimahullahu dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau
berkata: “Menjelang diangkat Allah Subhanahu wa Ta’ala ke langit, Isa
‘alaihissalam keluar menuju para sahabatnya. Di rumah tersebut ada 12
orang dari para pembelanya. Beliau keluar menuju mereka dari mata air
yang ada di rumah dalam keadaan kepala beliau meneteskan air. Lalu
beliau berkata: ‘Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan
kekafiran terhadapku 12 kali setelah dia beriman.’ Lalu beliau berkata:
‘Siapakah di antara kalian yang mau dijadikan serupa denganku, sehingga
dia yang terbunuh sebagai penggantiku, dan dia akan bersama dalam
kedudukanku (di surga)?’ Maka berdirilah seorang anak muda yang umurnya
paling muda di antara mereka. Lalu beliau berkata kepadanya: ‘Duduklah.’
Kemudian beliau mengulangi kembali ucapannya kepada mereka, dan pemuda
tersebut berdiri kembali. Lantas beliau berkata: ‘Duduklah.’ Lalu beliau
mengulangi lagi ucapannya, maka pemuda tersebut berdiri kembali dan
berkata: ‘Saya.’ Maka beliau berkata: ‘Dialah engkau (yang terpilih).’
Maka diapun diserupakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Isa
‘alaihissalam. Dan Isa diangkat melalui lubang yang ada di rumah
tersebut. Lantas datanglah orang-orang Yahudi mencari beliau. Mereka pun
menangkap orang yang telah diserupakan dengan beliau, kemudian membunuh
dan menyalibnya.
Maka
di antara mereka ada yang kufur terhadapnya 12 kali setelah beriman.
Mereka terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengatakan: ‘Allah
bersama kita dalam beberapa waktu, kemudian Dia naik ke langit.’ Mereka
ini dari kalangan Al-Ya’qubiyyah. Satu kelompok lagi berkata: ‘Adalah
anak Allah yang bersama kita dalam beberapa waktu, kemudian Allah
mengangkatnya kepada-Nya.’ Mereka ini dari kalangan An-Nasthariyyah. Dan
satu kelompok lagi mengatakan: ‘Yang bersama kita adalah hamba Allah
dan Rasul-Nya dalam beberapa waktu, kemudian Allah mengangkatnya
kepada-Nya.’ Mereka inilah kaum muslimin. Lalu dua kelompok kafir
berhasil mengalahkan kelompok muslim dan membunuh mereka. Maka Islam pun
tertutupi hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/449. Ibnu Katsir
rahimahullahu berkata: “Sanadnya shahih sampai ke Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma.”)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah mengangkat Isa ke langit dan akan menjadikan
hamba-Nya tersebut sebagai tanda dekatnya hari kiamat, dengan
diturunkannya kembali ke muka bumi. Sehingga beliau merasakan mati di
bumi sebagaimana manusia lainnya. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ
“Dan sungguh, dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat.” (Az-Zukhruf: 61)
Pada lafadz لَعِلْمٌ ada dua bacaan:
Pertama, dibaca لَعِلْمٌ dengan ‘ain yang dikasrah dan lam yang disukun. Dan ini adalah bacaan yang masyhur.
Kedua, ada yang membacanya dengan lafadz لَعَلَمٌ
dengan ‘ain dan lam yang difathah, yang berarti tanda. Dan ini adalah
bacaan yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Abu Hurairah, Qatadah, Abu
Malik Al-Ghifari, dan yang lainnya.
Ibnu
‘Abbas, Adh-Dhahhak, Qatadah, Mujahid, dan yang lainnya menafsirkan
ayat ini dengan: “Turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam sebagai tanda
akan berakhirnya zaman dan dekatnya hari kiamat.” (Lihat Tafsir
Al-Qurthubi, 16/105)
Di antara ayat yang mengisyaratkan tentang turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَإِذا
لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا
أَثْخَنتُمُوْهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا
فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا
“Apabila
kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir (di medan perang), maka
pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan
mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka
atau menerima tebusan, sampai perang selesai.” (Muhammad: 4)
Al-Baghawi
rahimahullahu berkata dalam tafsirnya tatkala menjelaskan ayat ini:
“Makna ayat ini adalah bahwa mereka (kaum muslimin) mengalahkan
orang-orang musyrik dengan banyaknya jumlah yang terbunuh dan yang
tertawan dari mereka. Sehingga pemeluk agama lain seluruhnya masuk
Islam, dan agama hanya menjadi milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga
setelah itu tidak ada lagi jihad dan peperangan. Dan itu terjadi
tatkala turunnya ‘Isa bin Maryam e.” (Tafsir Al-Baghawi/ Ma’alim
At-Tanzil, 7/278)
Tidak
terjadi perselisihan di kalangan ulama Ahlus Sunnah tentang keyakinan
bahwa beliau akan turun pada akhir zaman, berdasarkan ayat Al-Qur`an dan
hadits-hadits yang mutawatir, serta yang telah ditetapkan oleh para
ulama salafush shalih. Dan tidak ada yang mengingkari perkara ini
melainkan dari kalangan ahli bid’ah.
Ibnu
Abi Zamanin rahimahullahu menyatakan: “Ahlus Sunnah beriman tentang
turunnya Isa dan dialah yang membunuh Dajjal.” Lalu beliau menyebutkan
ayat tersebut di atas. (Ushulus Sunnah, Ibnu Abi Zamanin rahimahullahu,
hal. 192)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERIKAN TANGGAPAN