إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami pulalah yang akan menjaganya.” (QS. Al Hajr: 9)


Jumat

ARTIKEL BUAT ORKIS


Tulisan ini awalnya dikirim sebagai komentar oleh Jarar Siahaan, menanggapi postinganku tentang “migrasi” imannya. Kuanggap begitu berharga, karena berisi kejujuran kata hati.
tidak pernah, sekali pun tidak pernah, aku memulai artikelku di blogku maupun komentarku dengan menyebut-nyebut nama TUHAN atau sapaan agamawi seperti “bismillah …” dll. tapi kali ini, sebelum memulainya, aku ingin, dengan seikhlas hatiku, berkata: “dengan menyebut nama TUHAN YANG MAHA-MELIHAT…, ALLAH-ku, THE ONE AND ONLY, aku memulai komentar ini.”
sebelum tertarik mempelajari islam hampir 10 tahun lalu, aku sempat berniat untuk menjadi agnostik ataukah buddhis. kubaca buku-buku tentang keduanya. agnostik masuk akal bagiku, buddha juga demikian. tapi paham ini takkan kubahas di sini, karena aku tidak ingin mempengaruhi orang.
aku mulai lebih mengenal islam adalah pertama sekali dari pacarku, istriku sekarang. selama hampir tiga tahun, saat pacaran, kami bertukar pikiran soal islam dan kristen. aku mendebatnya, dan dia mendebatku. mungkin karena aku lihai bersilat lidah [sebagai wartawan] sedangkan dia cuma gadis kampungan, dia selalu kalah selama perdebatan itu. intinya: aku selalu menang bahwa kristen lebih benar ketimbang islam.
hingga suatu hari aku ke toko gramedia jl gajah mada, medan — aku selalu ke gramed setiap ke medan — kubelilah buku “the choice” [dialog islam-kristen] karya ahmed hoosen deedat. selain buku ini, aku juga mempelajari islam dari sejumlah buku lain, termasuk karangan harun yahya — pendakwah turki yang punya “sisi hitam” dalam sepak terjangnya di dunia keilmuan. tapi buku deedat-lah yang paling berkesan bagiku.
laeku toga yang baik, kalau di blogku sendiri, aku tidak mau membahas soal islam versus kristen ini terlalu detail, sesuai gaya dan konsep yang kupakai di blogku. tapi karena di blog lae ini dimungkinkan, maka aku pun akan bicara. tapi sedikit saja, cuma kulit luarnya, sebatas yang lae pertanyakan pada akhir artikel.
jadi aku tidak akan merinci terlalu detail kenapa aku memilih masuk islam, dan kenapa bukan buddha atau agnostik — karena hal itu berarti aku berkampanye mempromosikan agamaku, padahal, sebagai penulis independen, kampanye agama paling kutentang di blogku. juga takkan kujawab bila ada pembaca yang bertanya; karena sebenarnya masalah nasrani ke muslim ini adalah urusan pribadiku, privasiku, tapi terlanjur ditulis oleh laeku toga. tapi tak apalah, karena toh lae toga tidak bertanya yang aneh-aneh soal keislamanku; dia cuma mengulang sebatas apa yang sudah pernah kutulis di dua blogku.
di akhir artikel, lae toga menulis, “lae jarar mungkin merasa, desain islam lebih memenuhi “style imannya” daripada agama sebelumnya. jadi, sama sekali bukan tentang ini benar, itu salah. mudah-mudahan terkaan saya benar…”
betul terkaan lae, memang begitulah. aku menilai kedua agama ini, islam dan kristen, pada intinya sama-sama bagus — tapi dalam sejumlah hal, sama-sama buruk. islam adalah agama yang memiliki banyak doktrin yang menghalalkan kekerasan, bahkan memenggal kepala orang yang dinilai melawan TUHAN dan rasul; sementara kristen adalah agama yang dalam pelbagai hal tidak masuk akal. tapi aku takkan mau membahas di mana salahnya islam dan di mana salahnya kristen tersebut.
aku pun menemukan tidak sedikit ayat dalam alkitab yang bertentangan alias tidak sinkron antara ayat yang satu dengan ayat lain. kasus serupa juga kutemukan dalam alquran, jadi bukan cuma dalam alkitab. ayat-ayat mana? takkan kubahas di blog ini, juga tidak di blogku, karena aku tak mau membicarakan kekurangan kitab-kitab; aku hanya akan melihat sisi-sisi positifnya saja.
aku punya segudang jawaban bila pihak nasrani mendebatku bahwa islam salah dan tidak baik. aku juga punya setumpuk jawaban bila pihak muslim mendebatku bahwa kristen salah dan tidak baik. tapi, sekali lagi, aku tak mau memamerkan itu di sini, juga tidak di blogku.
seperti sering kutulis di blogku, bagiku agama hanyalah suluh agar kita bisa melihat jalan lebih terang; agama adalah kompas penunjuk arah agar kita selalu fokus menuju timur atau barat, sehingga tidak kesasar atau bolak-balik antara timur dan barat.
adik perempuanku, seorang nasrani konservatif, pernah bertanya: “kalau memang menurut abang bahwa islam juga punya kelemahan, dan kristen ternyata punya kebenaran, jadi kenapa abang tidak kembali saja menjadi kristen?”
kujawab: “kalau saja di indonesia boleh mengurus surat-surat kependudukan dan urusan administrasi kerja tanpa harus menunjukkan ktp — yang di dalamnya tercantum kolom agama — maka aku akan memilih tidak menjadi islam dan tidak menjadi kristen. atau, kalau saja di indonesia ini dibolehkan mencantumkan lebih dari satu agama pada ktp, maka aku akan memeluk islam dan kristen sekaligus.”
sampai detik ini adik perempuanku tidak bisa menangkap esensi kalimatku. tak jauh berbeda, banyak komentator di blogku menyebut aku sebagai kafir dan musyrik ketika aku menulis artikel, “aku akan membiarkan anakku, gibran, setelah dewasa, untuk memilih agamanya sendiri. aku tidak ingin dia tetap menjadi muslim karena kupaksa.”
dua-tiga tahun lalu kuberi jawaban yang lebih mudah dicerna adikku itu: “aku tidak kembali menjadi kristen karena di dalam kristen pun ada hal yang salah. agama islam dan kristen bagiku tak ubahnya seperti baju. dua-duanya berfungsi menutupi tubuhku agar tidak telanjang, agar tidak terkesan tak beradab. kenapa aku bertahan dalam islam dan tidak menukar bajuku kembali menjadi kristen, karena baju berlabel islam ini lebih pas untuk tubuhku yang kerempeng. sedangkan baju bermerek kristen, walaupun fungsinya sama dengan yang kupakai sekarang, kurang fit karena kelonggaran.” — jadi benar seperti kata lae toga.
lalu kupesankan pada adikku: carilah, carilah terus, maka suatu masa engkau akan berkata, “oh, ternyata sangat mudah.”
memang sangat mudah, begitu mudahnya. tak perlu harus bertapa di hutan sana, tak perlu harus mempelajari filsafat cina dan filsafat kristen, tak perlu harus menjadi seorang darwis — golongan muslim-sufi yang sengaja memiskinkan diri agar suci. tapi pencarian itu juga akan menjadi sangat sulit bagi orang-orang yang nuraninya bebal. takkan pernah seorang manusia-robot — yang digerakkan oleh remote-control bernama doktrin; yang manggut-manggut saja mendengar khotbah pendeta dan ustad — bisa memahami agama dan TUHAN. hanya manusia berperasaan subtil nan harum yang bisa; seperti lae toga, yang bapaknya “cuma” seorang “dukun”.
sebelum kuakhiri komentar ini, aku ingin sekali mendengar jawaban laeku toga, “menurut lae sendiri bagaimana? apakah islam adalah satu-satunya agama yang benar? dan kenapa lae tidak memilih agama lain seperti kristen?”
oh ya, tadi saat sahur, aku dan istriku berbicara soal doktrin-doktrin islam. istriku sejak dulu tak suka dengan banyak doktrin. antara lain soal jilbab, jihad versi osama dan amrozi, poligami, dan mati syahid.
“aku bukan muslimah yang saleh cuma karena tak berjilbab? aa gym itu pantas diteladani? tulis dulu di blogmu, bilang kalau istrimu ngomong sama aa gym, ‘kaciaaan deh lu…’ kalau mau bantu janda miskin, bukan harus dengan kawin. kasih saja uang untuk biaya sekolah anak-anaknya, bayar kontrak rumahnya, modali janda itu buka warung. kau tengok kan foto istri keduanya itu? alamak, cantik nian, muda kali pun, pantaslah menetes air liur si aa gym,” kata istriku.
“itulah islam, sering melecehkan perempuan. banyak yang sok suci kita muslim ini. lebih sibuk ngurusin jilbab. kecuali aku pamerkan susuku sama orang lain, barulah aku salah,” katanya lagi. D aku ngakak. setiap tahun, setiap ramadan, setiap subuh seusai makan sahur, kami selalu membahas doktrin-doktrin islam.
sekian saja, dan aku tidak mau berdebat muncung soal islam versus kristen. semoga ALLAH SWT, TUHAN YANG MAHA ESA, membukakan hati kita semua bahwa CINTA adalah ajaran paling mulia dari TUHAN — bukan agama, karena TUHAN tak pernah beragama.
“kita bisa hidup tanpa agama, tapi kita tidak bisa bertahan lama tanpa cinta,” kata dalai lama. salam penuh kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERIKAN TANGGAPAN