إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami pulalah yang akan menjaganya.” (QS. Al Hajr: 9)


Selasa

PENGERTIAN SESAT

Sesat Menurut Al-Quran


Kata “Sesat” di dalam Al-Qur’an  berasal dari akar kata “Dhalalah”. Kata  Dhalalah dengan segala bentuk katanya di dalam Al-Qu’an disebutkan kurang-lebih 193 kali. Bermacam-macam sifat dan prilaku manusia oleh Al-Qur’an dinyatakan sebagai orang-orang yang sesat, antara lain:
1. Orang-orang kafir dalam segala bentuknya, harbi atau dzimmi.
2. Orang-orang musyrik dalam segala tingkatannya.
3. Orang-orang munafik dalam segala bentuknya.
4. Orang-orang zalim dalam tingkatan dan bentuknya, terhadap orang lain atau dirinya sendiri.
5. Orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat, dalam segala tingkatannya.
6. Orang-orang yang suka hidup mewah dan berlebihan.
7. Orang-orang yang tidak peduli terhadap kebenaran.
8. Sifat-sifat dan prilaku lain yang tidak disukai oleh Allah swt.
 Orang yang berlebihan dan peragu, Allah swt berfirman:
“Demikian Allah menyesatkan orang-orang yang berlebihan dan ragu-ragu.” (Al-Mu’min: 34)
Orang-orang yang berdosa digolongkan pada mereka yang menzalimi diri sendiri. Allah swt berfirman: “Sekiranya mereka ketika menzalimi diri mereka datang kepadamu (Muhammad), lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka dapati Allah Maha Menerima taubat dan Maha Menyayangi.” An-Nisa’: 64)
Tentang mereka yang tidak peduli terhadap kebenaran:
“Mereka punya hati tapi tidak paham tentangnya, mereka punya mata tapi tidak melihatnya, mereka punya pendengaran tapi tidak mendengarnya, mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179).
Tentang orang-orang yang zalim, Allah swt berfirman:
“Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya.” (Ibrahim: 27)
“Mereka telah menyesatkan orang banyak, dan janganlah Engkau tambahkan pada orang-orang yang zalim itu kecuali kesesatan.” (Nuh: 24)
Tentang orang-orang zalim yang paling bahaya
“Tunjuki kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau karuniai nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan juga (jalan) mereka yang sesat.” Al-Fatihah: 6-7). Dalam banyak hadis disebutkan bahwa yang dimaksudkan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat adalah Yahudi dan Nashrani. Dalam kontek sekarang, menurut pemahaman saya adalah Amerika dan Zionis. Dan ayat ini kita baca setiap hari dalam shalat-shalat kita.
Itulah sebagian dari sifat dan prilaku manusia yang disesatkan oleh Al-Qur’an. Jika Anda ingin mengetahui lebih detail, bukalah Mu’jam Al-Qur’an, dan cari kata “Dhalla”.
Jika sifat dan prilaku itu yang disesatkan oleh Al-Qu’an, bukankah kita termasuk orang yang sesat? Dan  hampir semua manusia disesatkan oleh Al-Qu’an, kecuali para kekasih Allah swt yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Siapakah di antara kita yang merasa tidak berdosa? Yang tahu dirinya sendirinya, itu kalau dosa pribadi. Tapi, jika dosa-dosa itu menyengsarakan kehidupan orang banyak, baik yang sudah dipublikasikan oleh media maupun yang belum, tentu dosa itu adalah dosa yang lebih besar bahkan paling besar dan paling dimurkai oleh Allah swt.
Jika kita termasuk orang-orang yang melakukan dosa-dosa yang menyengsarakan ratusan juta manusia, yang di dalamnya kebanyakan rakyat kecil dan orang-orang lemah, yang dicintai oleh Rasulullah saw, tentunya kita sadar diri. Jika itu prilaku kita sehari-hari, mengapa kita meriakkan kesesatan orang lain? Bahkan dipublikasikan. Padahal kalau kita lihat dari dampaknya secara kwalitas dan kwantitas, prilaku kita lebih sesat dari orang yang disesatkan.
Kita sering menyesatkan orang lain hanya karena beda paham dan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits. Beda mazhab dan golongan. Semua mazhab dalam Islam menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai rujukan utama. Baik itu mazhab akidah, Ahlussunah atau Syiah, Wahabi atau Khawarij, Mu’tazilah atau Murji’ah, Salafi atau yang lain. Maupun mazahab Fiqih, Syafi’i atau Maliki, Hambali atau Hanafi, atau mazhab-mazhab baru lainnya yang tidak mengatasnamakan mazhab. Mereka semua merujuk pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Mengapa kita harus saling menyesatkan hanya karena beda paham dan pemahaman.
Jika ini yang terjadi dalam tubuh ummat Islam, sampai kapan pun tujuan utama Islam tidak akan tercapai, bahkan akan dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam dan ummatnya. Bisa jadi sudah dimanfaatkan? Yang berjuang jangan menyombongkan diri dan menyesatkan orang lain,  karena itu bukan ridha Allah swt yang akan didapatkan, tetapi sebaiknya murka Allah dan Rasul-Nya. Na’udzubillah min dzalik.
Marilah kita hentikan sikap sesat-menyesatkan, malu pada diri sendiri, malu kepada Allah dan Rasul-Nya. Kalaupun ada sekelompok saudara kita seperti Al-Qiyadah Al-Islamiyah, kita ajak dialog dari hati ke hati, kita anggap keluarga besar kita, kesulitan mereka kesulitan kita, kesengsaraan mereka kesengsaraan kita, dan kebahagiaan mereka kebahagian kita bersama. Bukankah kesuksesan missi Rasulullah saw  dengan cara ini, dan beliau menyampaikannya dengan mau’izhan dan hikmah.
Teristimewa bagi MUI dan Pejabat Negara. Bukankah MUI sebagai orang tua kita dalam missi Rasulullah saw, dan Pejabat Negara sebagai orang tua kita dalam missi Ketuhanan? Jika antara orang tua dan anak saling mencaki-maki, sesat menyesatkan. Apa jadinya negeri ini? Musibah ke musibah yang lain belum teratasi di negeri ini, ditambah lagi caci-maki dan saling menyesatkan antara anak dan orang tua. Saya khawatir musibah di negeri ini bukannya teratasi, bahkan diperbesar oleh Allah swt karena akibat prilaku dan perbuatan kita. Hal ini sudah terjadi di zaman terdahulu dan dilestarikan di dalam Al-Qur’an, seperti kaum negeri Saba’.
Wahai Bapak-bapak kami, di pundakmu beban yang berat, yang pasti dimintai pertangan jawab di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Kami semua anak-anakmu kelak pasti  menyaksikanmu dan menjadi saksi di Mahkamah Ilahi. Betapa malunya kita di hadapan Mahkamah Ilahi saat Allah swt membuka semua aib dan dosa kita yang tak terampuni. Saat itu jelas kita mempermalukan Rasulullah saw di hadapan Allah dan para Malaikat-Nya, Nabi-nabi terdahulu dan ummatnya. Marilah kita renungkan bersama prilaku kita, renungkan sikap dan prilaku kita menjelang tidur sebagai lambang kematian.
Wahai saudara-saudaraku, hentikan segera sikap saling menyesatkan di antara kita, hanya karena beda paham dan pandangan. Biarlah sikap “Menyesatkan” itu hak prerogatif Allah dan Rasul-Nya, bukan hak kita. Al-Qur’an dan Al-Hadits bagaikan samudra ilmu, yang akan mengalir ke dalam pikiran dan hati kita jernih dan bersih. Mari kita kaji Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Semoga Allah swt mengalirkan mata air kecemerlangan ke dalam kehidupan kita, agar negeri ini segera mendapat perlindungan Allah swt dari segala musibah yang kita takutkan, dan petolongan-Nya dari segala kesulitan ekonomi. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Wahai saudaraku, mari kita baca munajat yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada keluarganya, dan dikumandangkan oleh cucunya Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) di zamannya, zaman kezaliman, berikut ini munajatnya:
 Ya Allah, sungguh kezaliman hamba-hamba-Mu telah tegak di negeri-Mu, sehingga keadilan dimatikan, jalan-jalan diputuskan kebenaran dihapuskan, kejujuran disia-siakan kebajikan disembunyikan, keburukan ditampakkan ketakwaan direndahkan, petunjuk dihilangkan kebaikan dimusnahkan, keburukan ditegakkan kerusakan dikembangkan, kekufuran dikuatkan kezaliman dipenuhi, perubahan dimusuhi Ya Allah, Tuhanku Tidak ada yang dapat melepaskan kami dari semuanya kecuali kekuasaan-Mu Tidak ada yang dapat melindungi kami dari semuanya kecuali anugrah-Mu Ya Allah, maka hancurkan kezaliman. Putuskan belenggu penindasan. Hancurkan pusat kemungkaran. Muliakan orang yang menghindari kezaliman. Cabikkan akar-akar para pelaku kesewenang-wenangan. Tutupkan kepada mereka kekurangan setelah mereka berlebihan. Ya Allah, segerakan kepada mereka kebinasaan. Porak-porandakan mereka dengan perpecahan. Turunkan kepada mereka hukuman. Ambil nyawa kemungkaran. Sehingga tenanglah orang yang ketakutan. Tenteramlah orang yang kesulitan. Kenyanglah orang yang lapar. Dipelihara orang yang terlantar. Dilindungi orang yang terusir. Dikembalikan orang yang terbuang. Supaya orang fakir dikayakan. Orang yang meminta perlindungan dilindungi. Orang besar dihormati, orang kecil disayangi. Orang teraniaya dimuliakan, orang zalim dihinakan. Orang kesusahan dibahagiakan. Supaya lepaslah segala derita, dan hilanglah segala nistapa Matilah pertikaian dan hiduplah kasih sayang Pengetahuan menjulang tinggi dan perdamaian menyebar luas Perpecahan disatukan dan ketenangan dikokohkan Iman dikuatkan dan Al-Qur’an dibacakan Sungguh, Engkaulah Maha Pembalas, Pemberi nikmat, Penabur karunia. (Manhaj Ad-Da’awat: 263)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERIKAN TANGGAPAN