إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami pulalah yang akan menjaganya.” (QS. Al Hajr: 9)


Kamis

TUDUHAN KRISTEN

Penginjil Menuduh Nabi Muhammad Menyontek Bibel, Padahal Ayat Bibel Diakui Palsu oleh Teolog Kristen

Untuk mengkristenkan umat Islam, para penginjil kembali merilis website kristenisasi berkedok Islam dengan alamat domain yang sangat menipu: ww
w.####quran.com. Tipuan ini disempurnakan dengan memajang slogan islami dua bahasa di headernya: “Read A Qur’an Day, La Tahriquu bal iqra’u al-Qur’an was-siirah wal-hadits!”

Dengan kedok Islam itulah mereka mengobral postingan yang seluruhnya melecehkan, menghujat, mengadili dan menodai Al-Qur’an dan Nabi Muhammad. Anehnya, penodaan agama ini dilakukan untuk mengagung-agungkan Yesus, Bibel dan doktrin Kristen. Dalam nama Yesus mereka membabi buta menghina agama lain demi misi kristenisasi.

Tidak jelas, teologi planet mana yang mereka anut, padahal Yesus dalam Injil mengajarkan bahwa Hukum Yang Terutama (the Great Commandment in the Law) setelah mengasihi Allah (bertauhid) adalah mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-40).

Jangankan berbuat jahat, menghina, melecehkan dan mengadudomba, melawan kejahatan saja dilarang keras oleh Yesus (Matius 5:39).

…Penodaan agama dilakukan penginjil untuk mengagung-agungkan Yesus, Bibel dan doktrin Kristen…

Salah satu trik murahan penginjil untuk meyakinkan kebenaran Bibel adalah menuduh Nabi Muhammad melakukan plagiat (mencontek) ayat-ayat Bibel. Dalam artikel berjudul “Muhammad Nyontek Doa Yesus,” mereka menuduh Nabi Muhammad memplagiat doa Bapa Kami dalam Injil Matius, ketika bersabda dalam sebuah hadits. Demikian kutipannya:

“Yesus mengajarkan kita untuk berdoa demikian: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan, selam-lamanya. Amin” (Matius 6:9-13).

Beberapa abad kemudian Muhammad berkata: “Jika ada di antara kamu yang menderita atau saudaranya menderita maka ia harus berkata: Allah Tuhan kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Perintah-perintahMu bertahta di surga dan di bumi. Kiranya kemurahan-Mu ada di bumi seperti di surga. Ampunilah kesalahan dan dosa kami, Engkaulah Tuhan atas orang-orang yang baik.”

Muhammad beruntung karena pada waktu itu undang-undang hak cipta belum diberlakukan. TERBUKTI! Wahyu Muhammad tidak lain tidak bukan hanyalah sebuah kitab plagiat!”

Postingan itu kemudian dikomentari dengan cibiran ngawur: “Kalau ada sarjana yang nulis thesisnya dengan plagiat begini, dan kepergok, maka tentu otomatis thesisnya gugur, dan kesarjanaannya dicopot.”

…Dalam nama Yesus para penginjil membabi buta menghina agama lain demi misi kristenisasi…

Tudingan penginjil itu salah kaprah semua, baik dalam pandangan Islam maupun Kristen sendiri.

PERTAMA, tuduhan Nabi Muhammad menjiplak Bibel juga mengada-ada. Sejarah yang sudah diakui di seluruh dunia bahwa Rasulullah SAW adalah Nabi yang Ummiy (tidak bisa membaca), otomatis menyangkal tuduhan para penginjil.

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah” (Qs Al-Jumu’ah 2; bdk: Al-A’raf 157, Al-’Ankabut 48).

“Yaitu orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka” (Qs Al-A’raf 157).

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah” (Qs Al-Jumu’ah 2).

Karena tidak bisa baca-tulis, otomatis Rasulullah SAW tidak pernah membaca Bibel dalam versi manapun.

“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak pernah menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkarimu” (Qs Al-’Ankabut 48).

Kemustahilan Nabi Muhammad menjiplak Bibel ini diperkuat fakta historis bahwa Rasulullah yang wafat pada 8 Juni 632 M, sedangkan Injil Matius dalam Bibel Perjanjian Baru baru diterbitkan pada tahun 1271 M, atau sekitar 639 tahun pasca wafatnya Nabi.

…Kesan menjiplak Bibel dilakukan secara culas dengan menerjemahkan hadits sedemikian rupa, hanya sebagian dan dimirip-miripkan dengan ayat Bibel...

KEDUA, Kesan menjiplak Bibel dilakukan secara culas dengan menerjemahkan hadits sedemikian rupa, hanya sebagian dan dimirip-miripkan dengan ayat Bibel. Perhatikan kutipan lengkap hadits berikut:

Dari Abu Darda ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di antara kalian mengeluhkan sesuatu atau saudaranya mengeluhkannya, maka hendaknya ia berdoa: ‘Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu berada di langit dan bumi. Sebagaimana rahmat-Mu berada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu juga di bumi! Ampunilah dosa dan kesalahan kami! Engkau Tuhan orang-orang yang baik, turunkan rahmat di antara rahmat-Mu, serta kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada penyakit ini,’ maka ia akan sembuh.” (HR Abu Dawud dari Abu Darda’ RA, kitab Ath-Thibb bab Tata cara Ruqyah, hadits nomor 3892).

Bandingkan nas hadits Nabi tersebut dengan ayat Injil edisi Arab:

Memang, ada persamaan pembuka doa antara Bibel dan hadits tersebut. Dalam Bibel disebutkan: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu,” sedangkan dalam hadits Nabi disebutkan: “Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu.”

…Dengan banyaknya perbedaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, maka sungguh keblinger orang yang menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang plagiat…

Nas Arab pun sangat mirip. Bibel versi Arab: “Abanalladzii fis-samawat, liyataqaddas ismuka,” mirip dengan nas hadits Nabi: “Rabbanallahulladzii fis-sama’I, taqaddas ismuka.”

Tapi tidak tepat bila Nabi Muhammad dituding menjiplak doa Bapa Kami dalam Bibel hanya karena ada kemiripan antara hadits Nabi dengan ayat Bibel. Karena banyak perbedaan dalam kedua nas tersebut.

1) Doa Bapa Kami dalam Injil adalah doa harian, berbeda konteks dengan doa Nabi untuk kesembuhan suatu penyakit.

2) Dalam doa Bapa Kami ada permohonan minta makanan, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan.

3) Dalam doa Bapa Kami ada permohonan agar dihindarkan dari pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan.

4. Beda nas istigfar. Bibel: “Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Sedangkan doa dalam hadits sangat singkat tapi komprehensif: “Ampunilah dosa dan kesalahan kami.”

5. Beda penutup doa. Bibel: “Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan, selam-lamanya.” Sedangkan doa dalam hadits Nabi lebih panjang karena ada permohonan kesembuhan dari penyakit: “Engkau Tuhan orang-orang yang baik, turunkan rahmat di antara rahmat-Mu, serta kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada penyakit ini.”

Dengan lima perbedaan dan hanya satu persamaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, maka sungguh keblinger orang yang menuduh Rasulullah SAW sebagai tukang plagiat.

KETIGA, Penginjil membanggakan doa Bapa Kami sebagai warisan Yesus. Padahal berdasarkan penelitian ilmiah yang mendalam, para sejarawan Bibel mengakui bahwa doa Bapa Kami bukan ajaran Yesus.

A. Roy Eckardt, guru besar pada Pusat Pascasarjana Studi Ibrani Oxford, Inggris, meragukan otentisitas doa Bapa Kami sebagai ucapan Yesus:

“Waktu belakangan ini muncul keragu-raguan tentang keaslian dari Doa Bapa Kami ini. Mungkin cuma kata Bapa –kalau diterjemahkan sebagai Abba, sebagaimana di dalam Injil Lukas– yang dapat langsung dikaitkan dengan Yesus. Namun, sebetulnya kita telah mengetahui bahwa bentuk sapaan ‘Bapa Kami’ ditemukan dalam liturgi Farisi” (Reclaiming the Jesus of History: Christology Today, edisi Indonesia: Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini, hlm. 108).

…Tuduhan penginjil bahwa Nabi Muhammad menjiplak doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus dalam Injil adalah blunder besar…

Dalam catatan kakinya pada halaman yang sama, ditegaskan bahwa Doa Bapa Kami bukan berasal dari Yesus, tapi sebuah sisipan campur tangan para penulis Injil:

“Pada bulan Oktober 1988 sekelompok pakar Alkitab yang dikenal sebagai Jesus Seminar telah melihat bahwa doa ini tidak berasal dari Yesus, tetapi hasil usaha orang-orang Kristen perdana yang menggubah dan menyusunnya bertahun-tahun setelah penyaliban Yesus. Kelompok ini sepakat bahwa doa Bapa Kami ini berasal dari penulis Injil yang pada awal abad ke-20 diberi sebutan ”Q” (Gustav Niebuhr, The Jesus Seminar Courts Notoriety, hlm. 1060-1061).”

Belakangan, Lynn Picknett & Clive Prince, penulis, peneliti dan pengajar bidang okultisme dan misteri sejarah agama dari London, mengungkap bahwa Doa Bapa Kami dalam Injil bukan ciptaan Yesus, tapi tiruan terhadap doa dari para penganut agama Mesir Kuno kepada Osiris-Amon, dewa Mesir Kuno:

“Sejak abad ke-19, pakar tentang Mesir yang amat kondang, Sir E.A. Wallis-Budge mencatat mengenai asal-usul bagian pembuka doa Bapa Kami, doa yang didaraskan oleh para penganut agama Mesir kuno kepada Osiris-Amon yang diawali dengan uangkapan “Amon, Amon yang ada di surga…” Jadi, tampak sangat jelas bahwa doa ini lebih tua berabad-abad daripada Yohanes Pembaptis dan Yesus; Nama “Tuhan” yang diseru dalam doa ini tidak mengacu kepada Yahwe atau yang kelak diyakini sebagai Putranya, Yesus. Kesimpulannya, doa Bapa Kami bukanlah ciptaan Yesus” (The Templar Relevation: Secret Guardians of the True Identity of Christ, edisi Indonesia: Para Pelindung Identitas Sejati Kristus, hl. 553).

…Doa Bapa Kami dalam Bibel bukan ucapan Yesus, melainkan sisipan para penulis Injil, meniru tradisi agama Mesir kuno kepada dewa Osiris-Amon…

Tuduhan penginjil bahwa Nabi Muhammad menjiplak doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus dalam Injil adalah blunder besar. Karena terbukti bahwa doa Bapa Kami dalam Bibel bukan ucapan maupun ajaran Yesus, melainkan sisipan yang dilakukan oleh para penulis Injil, meniru tradisi agama Mesir kuno kepada dewa Osiris-Amon.

Seharusnya para penginjil Kristen berkaca dulu sebelum menuduh Nabi Muhammad mencontek atau menjiplak Bibel. Ingat kata bijak Yesus dalam Injil: “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.”

Camkan kecaman Yesus dalam Injil: Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu!! Bersambung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERIKAN TANGGAPAN