shalat hadap kabah Kenapa shalat menghadap Kiblat?
shalat hadap kabah
Banyak orang-orang kafir yang bertanya-tanya dan cenderung mengolok-ngolok, Kenapa shalat menghadap Kiblat? kenapa shalat menghadap ka’bah? kenapa shalat seperti menyembah batu atau kabah, kenapa begini, begitu? dan lain seterusnya. Akan tetapi tentu kita sebagai orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah harus senantiasa sabar dan tabah atas semua tuduhan tersebut, maklum orang mereka adalah orang-orang yang tidak tahu ilmunya, sehingga apa yang mereka katakan tak ada bedanya dengan burung yang berkicau yang tidak ada makna dan ilmunya.
Segala puji kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Tahu lagi Maha Kuasa atas segala sesuatu,
Pada awalnya Rasulullah setiap shalat menghadap ke Baitil Maqdis, kemudian beliau memohon kepada Allah untuk dapat shalat menghadap ke Ka’bah.
Dari Anas bin Malik, katanya” Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa shalat seperti kita, menghadap ke kiblat seperti kita, dan memakan binatang sembelihan seperti kita, maka dialah orang muslim yang berada di bawah perlindungan Allah dan RasulNya, Karena itu janganlah anda menghianati Allah perihal perlindunganNya itu.” (Bukhari).
Dari Barrak bin ‘Azib r.a., katanya: “Rasulullah saw shalat menhadap ke Baitil Maqdis, enam atau tujuh belas bulan lamanya. Sedang beliau ingin shalat menhadap ke Ka’bah. Maka turun ayat: “Sesungguhnya Kami tahu engkau menghadapkan mukamu ke langit berulang-ulang, maka setelah itu Nabi saw shalat menghadap ke Ka’bah.
Tetapi orang-orang bodoh, antara lain orang-orang Yahudi, berkata: “Apakah sebabnya mereka berpaling dari kiblat mereka semula ?”
Katakan hai Muhammad “Kepunyaan Allah Timur dan Barat, ditunjukiNya kepada jalan yang lurus siapa-siapa yang dikehendakiNya.”
Seorang laki-laki shalat bersama Nabi saw waktu terjadinya perubahan kiblat itu. Setelah shalat dia pergi. Dia melewati sekelompok oang Anshar sedang shalat “Ashar, masih menghadap ke Baitil Maqdis. Lalu dikatakannya, bahwa tadi dia shalat bersama Nabi saw menghadap ke Ka’bah. Karena itu mereka merubah arah kiblat mereka dan menghadap ke Ka’bah. (Bukhari).
Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya:”Ketika orang-orang di Quba sedang shalat subuh, tiba-tiba datang seorang mengatakan: “Sesungguhnya tadi malam Al Qur’an turun kepada Rasululah saw. Beliau diperintahkan shalat menghadap ke Ka’bah, Maka menghadap pulalah anda semua ke Ka’bah. Lalu mereka yang ketika itu sedang shalat dengan menghadap ke Syam, merubah arah mereka dengan menghadap ke Ka’bah.
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:115)
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata :”Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?”. Katakanlah :”Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. 2:142)
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. 2:143)
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhan-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. 2:144)
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan) mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari mereka pun tidak mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim. (QS. 2:145)
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. 2:146)
Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2:147)
Dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Seungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2:148)
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram; Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang haq dari Tuhan-mu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah atas apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:149)
Jadi Kesimpulannya:
Kalau ditinjau dari Hadits dan ayat-ayat tersebut di atas maka menghadap ke Ka’bah itu adalah ketetapan Allah setelah Rasulullah memintanya bagi beliau dan umatnya.
Menghadap Ka’bah bukan berarti kita menyembah Ka’bah, tetapi merupakan simbol yang ditetapkan Allah bagi kiblat orang-orang Islam. Hal ini untuk membedakan kiblat umat Muhammad dengan kiblat umat lain.
Namun demikian seandainya kita berada di suatu tempat dan tidak mengehtahui arah Ka’bah maka menghadap kemanapun sah shalatnya karena dimana saja disitu ada Wajah Allah.
Menghadap ke Ka’bah adalah simbol persatuan, dan untuk memudahkan kalau kita shalat khususnya shalat berjamaah.